YOGYAKARTA, siedoo.com – Pepatah ini sering kita dengar. Yakni, “Usaha tidak Pernah Mengkhianati Hasil”. Rupanya ini juga berlaku bagi mahasiswa UNY Maghfiroh Izza Maulani.
Anak pertama pasangan Sudarjo dan Sri Wahyuni yang berprofesi sebagai buruh serabutan tersebut berhasil menamatkan kuliahnya di program studi pendidikan matematika Fakultas MIPA dengan IPK 3,77 dan meraih predikat cumlaude.
Namun perjalanan hidup Izza tidak mudah. Saat menempuh pendidikan di SMPN 2 Salam Kabupaten Magelang Jawa Tengah, gadis ini nyaris tidak dapat melanjutkan sekolah ke bangku SMA karena ketiadaan biaya.
Padahal Izza menjadi lulusan terbaik SMP di Sub Rayon Salam dengan total nilai Ujian Nasional 379,5 atau dengan nilai rerata 94,875.
Sempat terpikir untuk melanjutkan sekolah di SMK terdekat dengan biaya yang murah, namun berkat kemurahan hati seorang dermawan yang berkenan menjadi orang tua asuh, Izza berkesempatan sekolah di SMAN 3 Magelang.
Selulus SMA Izza kembali bingung. Lagi-lagi masih dengan masalah yang sama yakni finansial.
“Kalau mau kuliah, cari biaya sendiri ya. Bapak ibu tidak punya biaya,” kata Sudarjo dalam rilis yang diterima redaksi siedoo, Rabu (18/1/2023).
Walaupun sempat down dengan keadaan waktu itu, apalagi mimpi Izza saat itu ingin menjadi dokter, dia menyadari kalau kuliah itu tidak murah apalagi bidang kedokteran. Namun dengan bimbingan guru BK, akhirnya Izza menemukan minat di bidang lain.
Karena suka matematika dan fisika, akhirnya warga Tersan, Desa Tersan Gede, Kecamatan Salam Magelang tersebut terpikirkan untuk mengambil jurusan terkait. Sekolah pun ikut andil dengan mendaftarkannya pada beasiswa Bidikmisi yang sekarang bernama KIP Kuliah.
Setelah melalui tes SBMPTN, Izza diterima sebagai mahasiswa baru pendidikan matematika UNY. Meski begitu, dia belum dinyatakan lolos bidikmisi karena perlu ada survey dan kuota yang terbatas.
“Pada awal semester, saya sempat tidak lolos Bidikmisi. Sempat kelimpungan, takut UKT mahal dan tidak bisa membayar,” kata Izza.
Namun Izza beruntung karena ada penambahan kuota mahasiswa Bidikmisi, sehingga Izza berhasil lolos. Akhirnya Izza menjalani kuliah tanpa memikirkan biaya pendidikan. Selama kuliah, Izza terus berproses.
“Hampir setiap hari saya berangkat pukul 6 pagi karena saya membutuhkan waktu satu jam untuk ke kampus,” katanya.
Untuk menghemat biaya, hampir setiap hari Izza membawa bekal makan. Mengingat jarak rumah cukup jauh dan jadwal kuliah tidak berurutan, untuk mengisi waktu luang Izza bergabung menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Matematika, UKMB Magenta Radio dan berkesempatan mengikuti Kampus Mengajar.
Izza sempat menjalani kuliah online karena pandemi virus Covid-19. Kendala yang sering terjadi adalah masalah sinyal dan perangkat. Tidak jarang harus kuliah di pinggir jalan atau di rumah tetangga, bahkan sempat juga di makam.
Meski begitu, Izza terus berusaha mengikuti kuliah melalui modul-modul yang dibagikan. Kemudian, pada awal semester 5 Izza mulai mengajar les matematika untuk mengasah skill sekaligus mencukupi kebutuhan. Izza berhasil merampungkan kuliah dan segala lika-likunya dan mengikuti wisuda pada Agustus 2022.
Sekarang Izza telah mengajar di SMAS Daar el Qolam Tangerang dan masih menyimpan keinginan untuk studi lanjut S2.
“Segala bentuk keterbatasan ada hikmahnya. Jangan pernah berhenti sekolah karena keterbatasan biaya. Masih banyak hal yang bisa diusahakan. Allah pasti menolong hambanya yang bersungguh-sungguh,” tutupnya. (uny/siedoo)