RUANG. Tim KKN Abmas ITS melakukan survei pada ruang produksi pakan (RPP) SMKN 1 Grati, Pasuruan yang didampingi oleh staf Jurusan Agribisnis Peternakan. (foto: its)
Siedoo.com - RUANG. Tim KKN Abmas ITS melakukan survei pada ruang produksi pakan (RPP) SMKN 1 Grati, Pasuruan yang didampingi oleh staf Jurusan Agribisnis Peternakan. (foto: its)
Inovasi Pendidikan

Gandeng SMKN 1 Grati, Tim KKN ITS Inovasikan Mesin Pengolah Limbah Darah dan Bulu Ayam

SURABAYA, siedoo.com – Terobosan dihadirkan Tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Tim merancang sistem pengolahan limbah darah dan bulu ayam.

Bekerja sama dengan SMKN 1 Grati, Pasuruan, pengolahan limbah ini menghasilkan tepung darah dan bulu ayam yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak.

Koordinator tim Irene Malilung Sitanggang mengungkapkan inovasi ini tersusun dari sebuah mesin kukus dan oven conveyor. Dikatakan Irene, mula-mula limbah darah dan bulu ayam diproses di mesin kukus.

“Mesin pengukus ini diintegrasikan dengan mesin pencacah sehingga dapat mengukus kemudian menggiling limbah secara otomatis,” paparnya.

Selanjutnya hasil pengolahan masuk ke bagian berikutnya, yaitu mesin oven conveyor.

Lebih lanjut, Irene menjelaskan bahwa bagian ini berfungsi untuk mengeringkan darah dan bulu ayam. Darah dan bulu yang sudah dikukus dan dicacah diangkut di atas conveyor berjalan mengelilingi oven pengeringan secara otomatis.

Mahasiswa angkatan 2019 ini mengungkapkan, inovasi tersebut memiliki potensi untuk digunakan dalam industri peternakan ayam dengan produksi yang lumayan tinggi. Pasalnya, inovasi mesin kukus ini dapat menampung lima liter limbah darah dalam sekali beroperasi.

“Sementara mesin konveyor memiliki belt sepanjang lima meter bisa diisi sekitar 10 loyang darah atau bulu kering sekali jalan,” tuturnya.

Irene juga mengungkapkan bahwa inovasi ini sementara ditujukan untuk menjawab permasalahan pengolahan limbah di SMKN 1 Grati.

Menurut penjelasannya, Jurusan Agribisnis Peternakan di sekolah tersebut memiliki fasilitas rumah potong ayam yang belum sepenuhnya beroperasi akibat permasalahan limbah darah dan bulu ayamnya.

Pasalnya, menurut Irene, kedua limbah ini tidak dapat dibuang begitu saja tanpa diolah. Ia memaparkan bahwa sesuai dengan peraturan pemerintah, limbah rumah potong ayam ini harus diolah secara khusus dan tidak bisa langsung dibuang ke sungai.

Baca Juga :  Tekan Biaya Pengobatan, UMS Ciptakan Alat Terapi Kesehatan

“Daripada dibuang begitu saja, limbah ini dapat diolah untuk menambah nilai baru,” kata Irene.

Walaupun begitu, Irene mengakui bahwa inovasi ini masih memerlukan riset dan pengembangan lebih lanjut. Ia juga berharap bahwa inovasi ini dapat memberikan dampak positif terhadap lingkungan.

“Dengan berkurangnya limbah darah dan bulu ayam yang dibuang ke lingkungan, maka pencemaran air dan tanah dapat dikurangi,” tandasnya penuh harap. (its/siedoo)

Apa Tanggapan Anda ?