Siedoo, Mahasiswa ingin sekali membantu persoalan – persoalan yang dihadapi para petani garam. Sekelompok mahasiswa yang tergabung dalam Tim Sehat fokus untuk membantu petani garam agar hasil produksi garam yang akan dijual sesuai dengan kualitas industri melalui pengembangan aplikasi Garam.id.
Garam.id yang merupakan aplikasi jual beli garam ini dapat membuat hasil produksi garam dalam negeri terserap sempurna. Sekaligus memberikan edukasi kepada petani garam agar mampu memproduksi garam sesuai kualitas industri.
Ketiganya ialah Berliana Nur Indah Sari, Dian Permana, dan Dendi Bahranur Aulia yang merupakan sosok di balik inovasi aplikasi Garam.id. Dengan bimbingan Dr Dhany Arifianto ST MEng, bahkan Tim Sehat berhasil mencetak kemenangan dengan meraih medali perak pada Pagelaran Mahasiswa Nasional Bidang Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (Gemastik) XIV pada cabang lomba Pengembangan Perangkat Lunak (PPL).
“Garam.id bertujuan untuk mengedukasi para petani agar dapat meningkatkan kualitas garamnya,” kata Berliana Nur Indah Sari, Ketua Tim.
Ide tersebut berangkat dari permasalahan petani garam di kampung halaman Berliana yang berada di Sumenep, Madura. Aplikasi ini memiliki fitur pendukung yang dapat mengidentifikasi jenis garam.
“Selain itu, aplikasi ini juga menyediakan artikel dan literatur tentang kualitas garam nasional,” bebernya.
Agar dapat memberikan bantuan secara maksimal, tim melakukan wawancara langsung dengan petani garam untuk mematangkan tujuan pembuatan aplikasi tersebut. Selain itu, tim juga membaca literatur tentang jenis garam yang mampu dihasilkan oleh petani garam.
Guna membantu meningkatkan perekonomian para petani garam di Indonesia, tiga mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yang tergabung dalam Tim Sehat berhasil melahirkan sebuah karya inovatif tersebut. Melalui fitur prakiraan iklim dan cuaca para petani garam juga bisa mengantisipasi gagal panen.
Karena Garam.id dapat menghubungkan para petani dengan perusahaan atau industri secara langsung. Hal ini membuat mereka tidak perlu lagi menjual kepada tengkulak dengan harga murah.
“Dengan aplikasi ini para petani garam bisa menjual garam langsung kepada industri,” jelas mahasiswa Departemen Teknik Fisika ini.
Menurut Berliana, dalam pengerjaan aplikasi ini, timnya sempat terkendala dalam pengembangan fitur-fitur pada aplikasi. Hal ini dikarenakan pengembangan fitur pada aplikasi ini harus disesuaikan dengan kondisi lapangan. Sehingga dapat memberikan kemudahan yang diinginkan.
Meskipun begitu, Tim Sehat mendapat bantuan dari banyak pihak, seperti dukungan dari dosen Departemen Teknologi Informasi ITS untuk menyempurnakan pembuatan aplikasi. Tidak berhenti sampai di sini, Tim Sehat merencanakan aplikasi Garam.id akan menjadi batu loncatan petani garam di Indonesia.
Mereka berencana untuk melakukan kerja sama dengan pemerintah daerah dan paguyuban petani garam. Setelah itu, dilanjutkan bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) serta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Berliana dan tim berharap dengan aplikasi ini mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang inklusif dan berkelanjutan. Selain itu, Garam.id juga diharapkan mampu membantu petani garam di Indonesia bekerja sama dengan pemerintah dan industri produksi.
“Semoga aplikasi ini dapat diimplementasikan untuk membantu petani garam,” jelas Berliana. (*)