Siedoo, Keberadaan rempah-rempah di Indonesia cukup dikenal di negara – negara lain. Mahasiswa membuat karya berupa animasi tentang rempah nusantara yang berjudul Berkah Tanah Pertiwi. Karya ini bertujuan menumbuhkan kembali kesadaran masyarakat mengenai keberadaan rempah-rempah di Indonesia yang dari dulu dikenal sangat kaya.
Dalam kanal Youtube Arutala, Amadeus Erlangga Duta Basundoro, ketua tim menyampaikan bahwa pembuatan karya ini ditujukan untuk dapat memunculkan berbagai kreativitas dan inovasi. Harapannya, hal tersebut dapat menghadirkan kembali kejayaan rempah nusantara masa lalu pada masa sekarang dan masa yang akan datang.
Selain itu, dapat menumbuhkan kesadaran dan kebanggaan kolektif akan jati diri bangsa pada masyarakat Indonesia. “Sekaligus memperkuat kembali rajutan kebhinekaan Indonesia melalui interaksi budaya antardaerah yang telah dibangun sejak ribuan tahun lalu,” kata mahasiswa yang disapa Deus itu.
Film animasi Berkah Tanah Pertiwi yang dibuat oleh Tim Arutala ini pun telah berhasil meraih juara keempat dalam kompetisi Pagelaran Mahasiswa Nasional Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (Gemastik) XIV yang dihelat setiap tahun oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Inovasi ini merupakan karya tim mahasiswa dari Desain Komunikasi Visual (DKV), Fakultas Desain Kreatif dan Bisnis Digital (FDKBD) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Zahirah Salma Nuha, Zahra Fithriyah Muna, dan Amadeus Erlangga Duta Basundoro yang tergabung dalam Tim Arutala merupakan dalang dari karya animasi tersebut.
Animasi ini menceritakan tentang seorang anak perempuan bernama Kandis yang membuat alat Ramu Tech bersama ayahnya. Dalam kisahnya, Kandis merasa prihatin dengan teman-temannya sebagai generasi muda yang jarang mengenal rempah. Padahal, rempah merupakan salah satu budaya di Indonesia yang harus dilestarikan.
“Apalagi rempah-rempah juga dikenal dapat meningkatkan daya tahan tubuh di masa pandemi Covid-19 ini,” kata Zahirah Salma Nuha, salah satu anggota tim.
Kandis, tokoh utama dalam film ini, adalah seorang anak perempuan yang cerdas dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Dalam pembuatan desain karakter Kandis, tim yang merupakan mahasiswa angkatan 2019 ini menggunakan aksen ke-Indonesia-an. Contohnya dalam bando yang dikenakan Kandis.
Menurut mahasiswa yang kerap disapa Alma ini, bando yang dikenakan tersebut terinspirasi dari batik rempah khas Ambon dan dikombinasikan dengan penggunaan teknologi masker yang canggih. Menariknya, nama Kandis sendiri juga berasal dari nama salah satu rempah di Indonesia yaitu asam kandis.
Bukan sekadar cerita lakon biasa, dalam animasi ini tercipta sebuah alat canggih bernama Ramu Tech. Alat tersebut memiliki beberapa fitur menarik. Seperti halnya fitur scanning tubuh pada mata Ramu Tech, fitur hand sanitizer untuk tetap dapat menjaga protokol kesehatan, serta layar yang menampilkan hasil screening tubuh dan manfaat rempah-rempah.
Uniknya, Ramu Tech terinspirasi dari bentuk tumbuhan cengkeh dan pada alatnya terdapat aksen batik rempah. Ramu Tech juga memiliki bentuk lain berupa gantungan kunci agar semakin efisien.
“Dikisahkan dalam animasi ini, bentuk gantungan kunci tersebut jika dilempar akan menjadi besar,” papar Alma.
Sementara itu, ia merasa senang dan bersyukur. “Selain mendapat gelar juara, kami juga berhasil berkolaborasi dan bekerja sama meskipun tidak bertemu secara langsung,” tandasnya. (*)