Siedoo, Mahasiswa mencoba mengembangkan mesin pencacah rumput dengan tenaga listrik serta sistem on-grid photovoltaic. Mahasiswa ingin mengenalkan penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT) di kehidupan sehari-hari kepada masyarakat, serta beralih dari bahan bakar minyak ke listrik.
Untuk memenuhi kebutuhan listrik peternakan ini, mahasiswa memasang sistem on-grid photovoltaic pada peternakan di Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, Jawa Timur yang menjadi lokasi kegiatan. On-grid berarti tegangan yang dihasilkan panel surya tersebut diubah menjadi tegangan AC, kemudian disambungkan dengan jala-jala PLN.
Selain itu, tim juga menambahkan sensor limiter pada sistemnya. “Sehingga bisa mencegah tegangan untuk masuk ke meteran PLN,” kata salah satu anggota tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) Pengabdian Masyarakat (Abmas) Laboratorium Konversi Energi Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Fredy Riko Alamsyah.
Mahasiswa asal Jember ini menyatakan bahwa, alat inovasi itu dibuat dengan alasan yang kuat. Penggunaan mesin diesel dalam dunia peternakan yang sudah sangat lazim, ternyata memberikan problematika tersendiri dari aspek lingkungan dan juga kinerja mesin.
Melihat masalah ini, tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) Pengabdian Masyarakat (Abmas) mengembangkan mesin pencacah rumput dengan tenaga listrik serta sistem on-grid photovoltaic.
Bergerak di bidang konversi energi, Tim KKN Abmas ITS ini ingin mengenalkan penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT) di kehidupan sehari-hari kepada masyarakat.
“Pemasangan on-grid photovoltaic serta pengembangan mesin pencacah rumput energi listrik ini salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut,” tutur Riko.
Sejalan dengan hal tersebut, ia menjelaskan, mesin pencacah rumput yang ada di pasaran masih menggunakan diesel sebagai sumber energinya yang mana menghasilkan emisi karbondioksida. Bahan bakar minyak berupa solar ini juga merupakan bahan yang tidak terbarukan.
Akhirnya dikembangkan mesin pencacah rumput energi listrik yang merupakan modifikasi dari mesin pencacah rumput komersial. Tak hanya memodifikasi sumber energinya, tim yang diketuai oleh Heri Suryoatmojo ST MT PhD ini juga menambahkan pemecah rumput pada mesinnya.
Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas rumput yang akan dijadikan pakan sapi ternak. “Terutama pada sapi perah, rumput yang diberikan harus dicacah dengan halus,” tambah mahasiswa angkatan 2018 ini.
Setelah proses selama tiga bulan, pada awal Agustus lalu satu unit mesin pencacah rumput serta tiga panel surya paralel secara resmi diberikan kepada peternakan di Karangploso tersebut. Setelah digunakan, peternak mengakui rumput hasil cacahan lebih bagus dan lebih halus dibandingkan mesin yang ada di pasaran.
Dengan adanya panel surya, peternak pun tidak perlu khawatir mengenai tagihan listrik. “Panel surya ini juga bisa digunakan untuk keperluan lainnya di peternakan tersebut,” beber Riko.
Tak hanya itu, tim yang terdiri dari lima dosen dan 10 mahasiswa Departemen Teknik Elektro ITS ini pun telah memberikan sosialisasi serta edukasi kepada peternak mengenai standard operating procedure (SOP) penggunaan dan pemeliharaan mesin pencacah rumput, serta sistem panel surya. (*)