Siedoo, Mahasiswa asal Sampang, Madura Alvian Alif Hidayatullah mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. Ia mengikuti lomba International Mathematics Competition (IMC) yang dituanrumahi oleh American University di Bulgaria secara daring. Bersaing dengan perwakilan berbagai negara, Alvian mampu mendapatkan Third Prize atau penghargaan perunggu.
Pemuda kelahiran 2 Oktober 1999 ini berangkat mengikuti IMC mewakili tim Indonesia bersama 10 mahasiswa lainnya yang dinaungi oleh Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek). Peserta yang berada dalam tim Indonesia merupakan para pemenang dari Kompetisi Nasional Matematika dan Ilmu Pengetahuan (KN MIPA) 2020.
“Saya sendiri tahun lalu menerima penghargaan perak di KN MIPA,” kata dia.
Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jawa Timur itu menyebutkan, IMC ke-28 kali ini memiliki sistem penghargaan yang berbeda dari perlombaan biasanya. Pada lomba ini, setiap tingkat penghargaan diberikan kepada 20 persen dari jumlah peserta di luar penerima Grand First Prize yang berjumlah 10 orang.
“Sehingga di sini, saya dengan skor 14 bersama 120 peserta lainnya bisa mendapatkan Third Prize atau penghargaan perunggu,” jelasnya.
Diceritakannya, tiga minggu sebelum rangkaian acara dibuka pada 2 Agustus lalu, Alvian sebagai salah satu pemenang KN MIPA 2020 mendapat permintaan dari pihak Departemen Matematika ITS untuk mengikuti IMC ini. Dua minggu menuju IMC, diadakan pelatihan nasional oleh Puspresnas Kemendikbud Ristek secara daring bagi tim Indonesia guna mempersiapkan diri untuk mengikuti lomba ini.
Setelah pembukaan, keesokan harinya pengerjaan soal dilakukan selama dua hari dengan empat soal dikerjakan dalam waktu empat jam setiap harinya. Pengerjaan soal dilakukan dari rumah masing-masing peserta dengan pengawasan oleh leader tim lewat aplikasi Zoom.
“Pengerjaan ini direkam supaya misalnya nanti ada jawaban yang mirip, ada bukti bahwa kami tidak bekerja sama,” imbuhnya.
Alvian mengakui, tingkat kesulitan pada lomba internasional sangat jauh berbeda dengan lomba nasional. Sistem penilaian yang lebih ketat membuat peserta harus memberikan jawaban yang lengkap dan jelas sesuai dengan apa yang diminta pada soal.
“Misalnya kita menjawab banyak tapi tidak mengarah pada soal, itu poinnya sedikit saja,” bebernya.
Pengerjaan yang harus dilakukan dalam Bahasa Inggris pun diakui menjadi salah satu hambatan bagi mahasiswa angkatan 2018 ini. Karena penggunaan bahasa asing dalam bidang matematika cukup berbeda dengan bahasa sehari-hari, Alvian merasa masih kurang fasih.
“Tapi untungnya dengan adanya pelatihan sebelumnya jadi bisa membiasakan mengerjakan soal dalam Bahasa Inggris tersebut,” tutur alumnus SMAN 1 Sampang ini.
Alvian sangat bersyukur dengan dukungan dari rekan-rekan tim Indonesia lainnya. Meskipun perlombaan dinilai secara individu, dukungan moral yang didapat dari momen pelatihan dianggap menambah tingkat percaya diri dalam mengikuti lomba internasional tersebut sampai selesai.
Dari 11 orang tim perwakilan Indonesia, sembilan orang di antaranya berhasil merebut penghargaan medali. Yakni 1 orang mendapatkan medali emas, 3 orang meraih medali perak, dan 5 orang (termasuk Alvian) berhasil menyabet medali perunggu. Sedang dua orang lainnya berhasil mendapatkan penghargaan honorable mention. (*)