Siedoo.com - Ilustrasi warga membersihkan sungai. | Dok : Siedoo
Inovasi

Mahasiswa Temukan Inovasi Atasi Banjir di Wilayah Perkotaan

Siedoo, Mahasiswa membuat inovasi khusus untuk mengatasi masalah banjir di sungai. Inovasi lima mahasiswa UKDW Yogyakarta ini berhasil mendapatkan pendanaan lewat Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2021 skema Gagasan Futuristik & Konstruktif (GFK) yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) RI melalui Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan.

Lima mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi (FTI) ini merancang sebuah alat bernama Clogging Detector and Destroyer (CDD) yang berteknologi laser dan IoT. Giovanni Harrius, Stefani Fransisca, Meylisa Putri Ishariyanti, Hedwig Ghenis Karisma Pradata, Kevin Alvaro Adianto mengusulkan alat tersebut sebagai solusi untuk mengatasi banjir di perkotaan akibat penyumbatan selokan.

Ide pengatasan banjir dengan Clog Detector dan Destroyer dinilai sangat relevan dengan kondisi kota besar di Indonesia yang sering terkena banjir akibat tidak disiplinnya masyarakat dalam pembuangan sampah. Clog detector memanfaatkan teknologi IoT yang dipadukan dengan laser.

Apabila diimplementasikan oleh pemerintah daerah, deteksi dan penghancuran sampah menjadi lebih mudah. Sehingga akibat penumpukan sampah dapat dikurangi secara signifikan.

“Saya mengapresiasi usaha keras kelima mahasiswa pengusul sehingga proposalnya lolos PKM skema Gagasan Futuristik-Konstruktif (GFK). Terlebih di masa pandemi yang mengharuskan semua pengerjaan dilakukan secara daring, mahasiswa-mahasiswa kami masih dapat berprestasi tingkat nasional,” kata Kepala Program Studi Sistem Informasi UKDW Drs. Jong Jek Siang, M.Sc.

Keberhasilan tim ini tentu tidak lepas dari bimbingan Drs. Jong Jek Siang, M.Sc. yang juga Dosen Sistem Informasi. Untuk diketahui bahwa, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada 7.574 kali bencana banjir yang terjadi di Indonesia selama periode 2011 hingga 22 September 2020. Meski trennya fluktuatif, bencana ini memiliki tingkat intensitas yang cukup sering selama 10 tahun terakhir.

Baca Juga :  Siswa SMA Didorong Wujudkan Sekolah Berwawasan Lingkungan

Clogging Detector berfungsi mendeteksi apakah ada sampah penyumbat di sekitarnya berdasarkan ada/tidaknya hambatan yang dideteksi sensornya. Sedangkan Clogging Destroyer berfungsi menghancurkan sampah di sekitarnya menggunakan teknologi laser yang sangat kuat. Sehingga sampah berukuran besar dapat terurai dengan cepat.

Giovanni, ketua tim menjelaskan kedua alat diletakkan di sepanjang dinding selokan dalam jarak 50-100 meter dan terhubung ke pusat data di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemerintah Kota setempat. Clogging Detector maupun Clogging Destroyer terbuat dari bahan kuat, kedap air, tahan goncangan, dan baterai yang praktis dapat dipakai seumur hidup.

Pada kondisi dimana tidak ada sampah penyumbat, Clogging Detector mengirim status “idle” ke BPBD. Apabila terdeteksi sumbatan, Clogging Detector akan mengaktifkan Clogging Destroyer di lokasi sekitarnya agar menghancurkan sampah penyumbat. Selain itu, Clogging Detector mengirim status “blink” ke BPBD, sehingga BPBD mengetahui lokasi sampah penyumbat dan usaha yang sedang dilakukan Clogging Destroyer.

Clogging Destroyer akan menghancurkan sampah selama jangka waktu tertentu. Namun apabila ada sampah yang sulit dihancurkan (misal logam, kabel), Clogging Destroyer akan mengirim status “beep” pada BPBD.

“BPBD mendatangi lokasi penyumbat dan membersihkannya secara manual,” jelasnya. (*)

Apa Tanggapan Anda ?