JAKARTA – Perguruan tinggi dituntut untuk siap diri menyongsong era society 5.0. Diantara langkahnya merombak pola pendidikan yang sudah dilaksanakan dengan kompetensi yang sangat baku agar pendidikan terus berkembang.
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Nizam mengatakan, perguruan tinggi harus berani memasuki zona tidak nyaman dengan kompetensi yang belum diketahui.
“Memasuki society 5.0 kita dihadapkan dengan masa yang cepat berubah dan serba tidak pasti yang ditandai dengan hilangnya pekerjaan dan kompetensi lama yang sudah dipersiapkan oleh perguruan tinggi,” katanya.
McKinsey memprediksi, lanjutnya, dalam 10 tahun kedepan ada 23 juta lapangan pekerjaan di Indonesia yang akan digantikan dengan otomasi, yang lebih banyak berasal dari lulusan perguruan tinggi. Sementara pekerjaan yang akan dimasuki, hilang dalam waktu yang semakin lama semakin cepat,” kata Nizam.
Nizam menambahkan akibat dari dunia yang semakin cepat berubah, tidak ada pilihan lain selain selalu belajar dan selalu siap beradaptasi dengan melakukan inovasi yang akan berpotensi melahirkan pekerjaan baru yang semakin banyak, namun sebagian besar dari pekerjaan tersebut masih belum tersedia saat ini.
Di sisi lain, dampak positif revolusi industri ke-4 yang ditandai dengan industri digital melahirkan kekuatan pada setiap individu untuk bisa diberdayakan oleh teknologi dan mengakses pasar dunia.
“Adanya kreativitas mahasiswa dalam kemampuan bertransformasi di industri ke-4 membuat Indonesia bisa melakukan lompatan besar dengan melahirkan milenial yang siap membangun Indonesia dan menghasilkan Indonesia maju, Indonesia jaya, dan Indonesia sejahtera,” pungkasnya dilansir dari kemendikbud.go.id.
Melalui program Kampus Merdeka, mahasiswa diberikan kebebasan belajar dengan tetap menanamkan karakter Pancasila. Sehingga, dapat membentuk mahasiswa menjadi pembelajar mandiri, berwawasan global, adaptif, kreatif, dan memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah yang kompleks di era society 5.0.
Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia, Heru Dewanto mengungkapkan, society 5.0 dapat mengatasi permasalahan dunia sehingga perlu dipertahankan karena adanya teknologi industri.
Selain itu, adanya industri ini memberikan ruang imajinasi bagi akademisi dalam membayangkan harapan masyarakat untuk ke depannya. Termasuk juga mendorong perubahan sosial dengan membentuk peradaban yang memerlukan pengetahuan dan pemahaman untuk mencapai inovasi.
“Sehingga dituntut untuk mengetahui kondisi sebenarnya pada industri saat ini yang menjadi elemen dasar dalam membuat kebijakan teknologi,” tandasnya.
Anggota Lembaga Pengembangan Jasa Kontruksi, Agus Taufik Mulyono menyebut, adanya permasalahan di masyarakat dalam mencapai society 5.0. Yaitu, membangun manusia yang memiliki integritas pada standar minded, sehingga kampus mengajarkan dalam memberikan kepastian tetapi tidak nyata.
“Di sisi lain, pekerjaan mengajarkan kenyataan namun belum pasti sehingga melalui Merdeka Belajar Kampus Merdeka kita dapat membantu mahasiswa mengetahui keadaan yang sebenarnya,” tandasnya. (Siedoo)