Siedoo, Pendidikan politik merupakan proses sesorang mempelajari dan menumbuhkembangkan pandangannya tentang politik serta pembentukan sikap dan orientasi politik. Hal ini sangat berpengaruh pada tingkat partisipasi masyarakat dalam pesta demokrasi. Oleh karena itu, keluarga menjadi elemen dasar untuk memberikan pandangan dan edukasi politik khususnya pada generasi muda.
Sebagai pemilih pemula sangat penting edukasi politik khususnya untuk memilih pemimpin dan wakilnya di tatanan pemerintahan. Peran orang tua serta lingkungan menjadi sangat penting. Sebab dari lini inilah pemilih pemula bisa mengambil sikap. Baik menduplikasi maupun bertanggung jawab dengan pilihannya sendiri.
Pemilih pemula sangat rentan menjadi apatis apabila edukasi politik tidak sepenuhnya berjalan dengan baik. Kemajuan zaman khususnya media digital menjadi platform yang bisa menjadi ‘dua sisi mata uang’. Di mana pemilih pemula berpotensi mencari tahu sendiri tanpa pendampingan yang justru menjurus pada apatisme ataupun pemahaman tentang demokrasi yang keliru.
Namun platform digital juga bisa meningkatkan partisipasi politik generasi muda jika mendapat asupan dan pendampingan yang tepat. Orang tua yang melek politik setidaknya bisa memberi edukasi kepada anaknya yang mulai memiliki hak memilih saat usia 17 tahun.
Oleh karena itu, sosok orang tua menjadi pilar utama dalam perannya sebagai agen demokrasi demi suksesnya kepolitikan tanah air. Orang tua setidaknya memberi pemahaman dasar bagi warga yang sudah berusia 17 tahun dalam hak politiknya serta tanggung jawab setelah menggunakan haknya. Ini menjadi hal yang sangat penting.
Elemen kedua setelah keluarga adalah lingkungan. Lingkungan berperan dalam menyebarkan informasi tentang politik. Bagaimana mereka para pemilih pemula ini memilih sikap dan pilihan.
Generasi muda yang bersikap ‘duplicating’ cenderung menyalurkan aspirasi politiknya sesuai dengan lingkungannya. Jika berada di lingkungan yang tepat maka pilihan politik akan benar-benar menjadi tanggung jawab yang ia miliki. Namun sebaliknya jika salah bisa saja membuat pemilih pemula ini apatis bahkan tidak percaya dengan politik.
Berkaca pada kasus pemilu 2019, di mana isu SARA hingga hoax merajalela hingga membuat masyarakat seolah terkotak-kotak, hal ini tentu perlu diantisipasi. Caranya dengan edukasi politik sedini mungkin.
Generasi muda atau mereka sebagai pemilih pemula harus sadar akan tanggung jawab dan haknya dalam politik di tanah air. Serta kematangan dalam berdemokrasi menjadi hal yang harus dimiliki oleh golongan ini.
Tanggung jawab edukasi politik ini tak hanya bisa hanya dilempar kepada orang tua (keluarga) dan lingkungan saja. Keduanya perlu dibentuk oleh elemen lain termasuk eksekutif hingga legislatif yang menjabat dengan segala kewenangannya. Kultur inilah yang harusnya menjadi sebuah kebiasaan sehingga masyarakat terbiasa dengan edukasi hingga perbedaan politik.
Momen menjelang pesta demokrasi juga harusnya menjadi momentum para stakeholder untuk memberi bahkan meng-upgrade ilmu tentang edukasi politik kepada masyarakat. Namun setidaknya istilah, ‘sesumur, sekasur, sedapur’ menjadi lini paling awal untuk memberi edukasi politik bagi generasi muda. (*)
Budi Prayitno
Ketua DPRD Kota Magelang
Jawa Tengah