MAGELANG – Dengan memadukan dua narasumber, para mahasiswi Program Pengabdian Masyarakat Terpadu (PPMT) PG PAUD UMMagelang menggelar kegiatan parenting menjadi lebih berbeda. Narasumber dimaksud berasal dari Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang dan dosen Psikologi UMMagelang. Kegiatan dilaksanakan sebelum masa pandemi, Rabu (19/2/2020).
Dengan menggandeng PAUD Pandan Wangi Madyocondro, parenting dilaksanakan di Dusun Sandon, Desa Madyocondro, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Kegiatan ini mengangkat topik “Pola Asuh dan Penanganan Kesulitan Belajar”, yaitu tentang pola asuh yang harus diterapkan orang tua ketika mempunyai anak usia dini. Serta bermacam-macam gangguan belajar yang dialami anak usia dini, dan cara penanganannya.
Gangguan belajar dan pengasuhan pada anak
Narasumber Hermahayu memaparkan, ketidakmampuan belajar diistilahkan disfungsi otak minimal, sering juga disebut gangguan neurologist. Yaitu gangguan ketika anak sulit untuk melakukan kegiatan secara efektif. Secara umum kesulitan belajar disebabkan oleh kelainan dalam salah satu saraf penerima atau prosesnya.
“Yaitu proses yang berkaitan dengan menerima informasi, proses berfikir, proses mengingat dan proses belajar. Itu terjadi karena adanya disfungsi sistem saraf,” paparnya.
Hermahayu juga mengungkapkan terdapat 3 klasifikasi kesulitan belajar. Yaitu, kesulitan belajar dalam perhatian mengingat, persepsi, perseptual motor. Kesulitan dalam berfikir dan berbahasa, dan kesulitan dalam pengolahan informasi.
Dicontohkan Hermahayu, kesulitan dalam pengolahan informasi seperti terjadinya gangguan membaca (diseleksia). Yaitu mencakup kesulitan dalam kemampuan dasar membaca dan kesulitan untuk memahami hubungan antara suara, huruf dan kata.
“Sehingga dapat menyebabkan pengidap diseleksia kesulitan untuk memahami gagasan kalimat atau suatu paragraf,” terangnya.
berikutnya, narasumber kedua Haryanti menjelaskan, sebagai orang tua ketika menghadapi anak usia dini harus sebisa mungkin dapat mebiarkan anak bermain apa saja yang disukai. Tetapi dengan pengawasan dan arahan dari orang tua.
“Ketika anak selalu bersikap aktif maka kita tidak boleh melarang anak untuk duduk diam saja. Karena dengan anak dapat bermain secara aktif dapat melatih motorik yang terdapat pada anak,” jelasnya.
Tetapi perlu diperhatikan, sekarang ini banyak orang tua yang teralu sibuk dengan kegiatan yang dilakuakan dengan gadget. Maka sebagian besar mereka tidak dapat menuruti kemauan anak-anaknya. Bahkan untuk membuat anak-anaknya dapat duduk diam, para orang tua memberinya gadget, dengan maksud agar anak dapat duduk dengan tenang dan tidak menganggu aktivitas orang tuanya.
“Jika gangguan tersebut tidak segera diatasi, maka dapat mengakibatkan kecatatan baik fisik maupun psikologi anak itu,” tandasnya.
Mereformasi pola asuh orang tua
Kegiatan PPMT yang dilakukan di PAUD Pandan Wangi Madyocondro melibatkan lima mahasiswi. Yaitu Tuti Hestinarini, Yuli Surohmah, Ratih Putri Cahyani, Khilati Adrikni, dan Melati Retnandhia Putri.
Menurut Surohmah kegiatan parenting ini diharapkan dapat mereformasi pola asuh orang tua yang belum sesuai dengan karakteristik anak usia dini. Dengan harapan ke depan para orang tua mampu memberikan pola asuh yang lebih baik kepada anak-anaknya.
Surohmah mengungkapkan, PPMT dalam pelaksanaan program parenting secara umum memiliki tiga tujuan. Pertama, meningkatkan pengetahuan orang tua tentang cara menyelesaikan permasalahan perkembangan anak. Kedua, mengoptimalkan program pengabdian kepada masyarakat dengan mempererat kerjasama orang tua dan lembaga.
“Yang ketiga, memaksimalkan capaian luaran program pengabdian masyarakat terpadu,” ungkapnya. (Siedoo)