MAGELANG – Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Muhammadiyah 1 Borobudur Kabupaten Magelang, Jawa Tengah didatangi M. Widiyanto, S.Pd, MT (Kasubdit Kurikulum PSMK). Kehadiran sosok pejabat dari jajaran Direktorat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pusat tersebut, merupakan tindakan evaluasi terhadap perkembangan Teaching Factory yang sudah berjalan di sekolah, Kamis (16/1/2020).
“Teaching Factory merupakan salah satu pendekatan pembelajaran utama di SMK, mestinya semua SMK mempunyai Teaching Factory. Dilakukan kerja sama dengan industri, sebagai penjamin mutunya. Kemudian mungkin bisa untuk memasarkan bersama,” kata M. Widiyanto, S.Pd., MT.
Dijelaskannya, sekolah – sekolah yang cukup maju akan memiliki Teaching Factory seperti di SMK Muhammadiyah 1 Borobudur. Memiliki tuntutan kualitas karena produknya harus dijual dan supaya produknya laku, harus memenuhi kualitas tertentu. Hal tersebut yang harus dibimbing langsung oleh industri.
“Siswa yang mengerjakannya, bukan tenaga sewa dari luar tapi siswanya sambil praktik. Ada kualitas yang kurang memang bisa dimaklumi, tapi lama – lama harus diperbaiki. Di sini sudah sangat positif, siswa sudah bisa melakukan praktek,” ujarnya.
Dirinya menilai, Teaching Factory yang memproduksi jersey di sekolah tersebut sudah cukup bagus. Namun, jika ingin meningkat harga jual yang lebih tinggi memang perlu ada pembenahan. Dirinya juga tertarik dengan jersey hasil buatan siswa dan memesan secara khusus untuk pribadinya.
“Di sini harga jualnya masih cukup logis, seratus ribuan. Dibandingkan dengan kualitas internasional memang mencapai dari sembilan ratus ribu sampai satu juta untuk jersey sepak bola. Hal ini barangkali bisa ditingkatkan kualitasnya sampai dengan standar industri, itulah fungsinya Teaching Factory, belajar terus,” imbuhnya.
Siswa tidak akan bisa belajar jika tidak mempunyai sarana belajar yang memadai. Teaching Factory menjadi sarana dan kesempatan bagi siswa, guru dan kepala sekolah untuk belajar agar mencapai kualitas tertinggi. Produk yang dihasilkan bermacam – macam, namun harus sesuai dengan kompetensi jurusannya.
“Teaching Factory itu sudah kita kembangkan sejak 2014 – 2015 dan sudah kita masukkan ke kurikulum, aturan secara resmi. Kemudian kita juga menginterfensi dengan memberikan bantuan – bantuan untuk pengembangan Teaching Factory. Saat ini kira – kira sudah ada sebanyak 1.121 Teaching Factory di seluruh Indonesia,” terangnya.
Kepala SMK Muhammadiyah 1 Borobudur, Munif Hanafi, S.S mengaku, sebuah kehormatan bagi sekolah karena mendapat kesempatan dari direktorat, untuk bisa menyempatkan waktu datang mengevaluasi Teaching Factory di sekolah.
“Kebetulan beliau kan ada acara di Magelang, lalu kami undang mampir ke sini untuk melihat perkembangan, proses atau hasil dari Teaching Factory di sekolah kami. Alhamdulillah dengan kesibukannya, beliau mau menyempatkan, itu kan suatu kehormatan bagi kami,” kata Hanafi.
Pihak sekolah akan meningkatkan dalam hal kualitas produk, penguatan proses pembelajaran Teaching Factory dan periode selanjutnya penguatan untuk kewirausahaan.
“Salah satu hal yang juga menjadi terpenting ialah bagaimana pemasarannya. Walaupun orientasinya Teaching Factory itu tidak mencari untung, tetapi boleh. Alhamdulillah order juga sudah berjalan, lingkupnya saat ini untuk lokal. Namun, tidak menutup kemungkinan untuk lebih luas, arahnya juga ke pemasaran online dan tahun ini harapannya punya outlet,” jelasnya. (Siedoo)