MAGELANG – Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Muhammadiyah 1 Borobudur Kabupaten Magelang, Jawa Tengah saat ini mempunyai produk murni dari karya siswa jurusan Tata Busana. Produk tersebut berupa jersey yang merupakan wujud nyata dari Teaching Factory sekolah tersebut, diberi branding M – One dress printing.
“Teaching Factory ini awalnya program dan bantuan dari pemerintah, sekolah diberi kewenangan untuk memilih jurusan apa yang nanti akan dikembangkan dalam Teaching Factory. Setelah kami berembug dengan tim di sekolah, kami memutuskan untuk memilih jurusan Tata Busana Terlebih dulu,” kata Kepala SMK Muhammadiyah 1 Borobudur, Munif Hanafi, S.S.
Khususnya untuk mengembangkan komptensi menjahit, tapi lebih spesifik. Bukan menjahir seluruh jenis busana, namun khusus jersey.
“Kompetensi menjahit itu kan luas sekali, seperti busana anak, dewasa, konveksi dan butik. Kami mengerucut ke busana kaos jersey. Memang terlihat sederhana, namun jika siswa menguasai kompetensinya bisa menjadi bekal setelah lulus,” jelasnya.
Produk jersey tersebut sudah siap dipasarkan, ketika launching saja langsung mendapat dua puluh lima order.
“Kedepan itu tidak hanya jersey, tapi baju yang bisa di-printing bisa. Mungkin busana muslim santai, bahkan jilbab,” imbuhnya.
Sebagian besar siswa kelas 11 yang mengerjakan dan pembuatan jersey tidak hanya siswa dari jurusan Tata Busana saja. Namun bersinergi dengan jurusan lain, siswa jurusan Tata Busana yang menjahit, siswa Teknik Jaringan Komputer (TKJ) mengerjakan desain grafis dan siswa Administrasi Perkantoran menjadi customer service dan mengelola keuangan.
Ketua Tim Teaching Factory SMK Muhammadiyah 1 Borobudur, Sapariyanto Widodo, S.Pd menambahkan, untuk bagian marketing melibatkan seluruh siswa, bertujuan untuk meningkatkan jiwa kewirausahaan.
Salah satu hal yang menjadi bagian terpenting dalam produksi ialah proses finishing. Terdapat proses penentuan layak jual atau tidaknya. Kerapian jahitan menjadi hal utama dan kenyamanan saat dikenakan. Target pasar untuk saat ini untuk jersey semua jenis cabang olahraga dan komunitas.
“Kita kan juga memperhatikan dari customer, memang anak – anak dalam taraf pembelajaran, tapi tidak menggunakan barang yang masih untuk belajar. Tetap menggunakan standar sesuai standar profesional,” kata Widodo. (Siedoo)