Siedoo.com - Anggota Komisi X DPR RI Putra Nababan. l foto : dpr.go.id
Nasional

Begini Trik Menekan Angka Pengangguran Versi Anggota DPR RI Putra Nababan

BEKASI – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sumbangsih terbesar dari tingkat pengangguran terbuka (TPT) hingga Agustus 2019 masih dari lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Prosentasenya mencapai 10,42 persen.

Guna menekannya,  anggota Komisi X DPR RI Putra Nababan menilai perlu adanya link anda match antara dunia industri dan pendidikan vokasi.

“Salah satu kendala yang terjadi di Jawa Barat terkait dengan positioning-nya sebagai kota industri, tetapi juga banyak sekali pengangguran yang ada di sini adalah masalah link and match, dimana supply dari sekolah dan kebutuhan industri ini tidak ketemu,” ujarnya dilansir dari dpr.go.id

Hal tersebut disampaikan usai Kunjungan Kerja Spesifik Komisi X DPR RI ke Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, belakangan ini. Kunjungan tersebut untuk mendapatkan informasi terkait data faktual bidang pendidikan serta peran daerah untuk memfasilitasi lulusan pendidikan vokasi.

Ia menuturkan, tidak adanya link and match antara kebutuhan industri dan pendidikan vokasi ini menjadi keluhan yang mengemuka dalam pertemuan tersebut.

Menurutnya, dunia industri berkembang begitu pesat, karenanya sekolah-sekolah vokasi diharapkan mampu mempersiapkan anak didik sesuai kebutuhan pasar.

“Keinginan-keinginan dari konsumen yang cepat ini harus diikuti industri. Sementara sekolah juga harus mengikuti kebutuhan itu. Begitu ketinggalan jauh, maka lapangan pekerjaan yang tersedia itu tidak ada yang mengisi. Nah, ini menjadi tantangan saat ini,” paparnya.

Politisi F-PDI Perjuangan ini menambahkan, penyesuaian kurikulum memang sangat dibutuhkan dunia pendidikan untuk menjawab tantangan saat ini. Semangatnya bukan hanya penyederhanaan, tetapi bagaimana menyiapkan kurikulum yang menjawab kebutuhan pendidikan ke depannya.

“Penyesuaian kurikulum diciptakan sesuai dengan kebutuhan industri, karena industri tidak akan menunggu,” katanya.

Di sisi lain, lanjutnya, attitude atau pendidikan karakter juga menjadi hal yang disoroti pihak industri. Pembangunan karakter dan jati diri bangsa harus menjadi tujuan utama dalam menata pendidikan nasional.

Baca Juga :  Bidikmisi, Bangku Kuliah Bukan hanya Milik Orang Kaya

Pihak industri menilai, menipisnya tata krama, etika, dan kreatifitas anak bangsa menjadi fenomena yang perlu mendapat perhatian serius.

Kok ada pihak industri yang justru mengingatkan kita anak-anak ini harus diajarkan dua hal, hormat kepada orang tua dan cinta Pancasila. Yang bahas itu bukan siswanya, bukan sekolahnya, tetapi pihak industrinya,” imbuhnya. (Siedoo)

Apa Tanggapan Anda ?