MAGELANG – Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 7 Kota Magelang, Jawa Tengah berupaya memaksimalkan fasilitas pemerintah dalam aplikasi Rumah Belajar, sebuah model pembelajaran online. Aplikasi ini bersifat gratis.
“Aplikasi yang di luar kan banyak. Kami pakai fasilitas yang dari pemerintah dulu, ibaratnya ini buku wajib atau buku paket. Nanti kalau buku paket kurang bolehlah mungkin pelengkapnya pakai buku referensi. Buku paket pakai rumah belajar, buku pelengkapnya nanti pakai aplikasi yang luar,” kata Kepala SMP N 7 Magelang, Drs. Parjopo.
Ditambahkannya, dalam aplikasi rumah belajar terdapat beberapa fitur. Di antaranya ada kumpulan soal, kelas maya, pengembangan profesi guru, laboratorium maya, lintas budaya nusantara.
Pihaknya mengundang Duta Belajar Provinsi Jawa Tengah, untuk memberikan pengarahan dan bimbingan tentang Rumah Belajar.
“SMP N 1, 2 dan 7 Magelang mendapat bantuan namanya BOS Kinerja. Satu anak nanti dapat dua juta tapi untuk membeli tablet. Anak – anak nanti belajarnya pakai tablet, tapi baru kelas VII. Jadi nanti anak diberikan tablet satu persatu. Kita baru koordinasi dengan dinas karena unit pengadaan. Nanti diatur oleh dinas,” tuturnya.
Penggunaan tablet tersebut nantinya akan membentuk kelas maya. Pembelajaran, ulangan harian atau penugasan secara online. Terdapat buku elektronik di dalam tablet, sehingga ketika anak – anak belajar di kelas langsung membuka dari tablet dan guru mengirim bisa mengirim soal atau materi ke anak.
“Kemungkinan besar, besok anak tidak keberatan membawa buku atau arahnya ke paperless. Karena tabletnya belum datang, kami ingin kuatkan dulu gurunya supaya bisa memahami bagaimana cara membuat kelas maya,” ujarnya.
Persiapan yang paling utama dari sekolah ialah adalah dari Sumber Daya Manusia (SDM) guru. Diharapkan guru bisa menyusun soal dalam apilkasi tersebut, kemudian bisa dikerjakan anak – anak, bisa dilihat orang tua dan langsung bisa dikoreksi atau perbaikan.
“Kita punya file soal yang akan di-upload disitu (aplikasi), file harus dibuat dalam bentuk ZIP terlebih dulu,” jelasnya.
Parjopo berpendapat, era digital dan penggunaan teknologi informasi saat ini dalam hal pendidikan merupakan sebuah keniscayaan. Diluar sekolah trend-nya digital semua, orang sering menyebut revolusi 4.0.
“Ujian nasional secara online, sekarang trend orang bekerja itu banyak memakai teknologi online. Maka saya pernah ada ilmu pembelajaran, sekolah itu harus menjadi potret masyarakat. Tidak boleh sekolah lepas dari masyarakatnya. Sehingga apa yang ada di sekolah nanti bisa langsung di terapkan di masyarakat, syukur kalau di sekolah ini bisa memecahkan masalah di masyarakat,” terangnya.
Selain itu, SMP N 7 Magelang juga menjalin kerja sama dengan stake holder yang ada di sekitar, seperti menjalin MoU dengan Universitas Muhammadiyah (UM) Magelang. Hal tersebut bertujuan untuk memperkuat terkait literasi digital.
Pengajuan MoU kepada Universitas Negeri Tidar (Untidar) Magelang juga diajukan dalam hal Karya Imiah Remaja (KIR).
“Kita ingin sumber belajar untuk anak – anak yang ada di sekitar, kita pakai. Termasuk riset penelitian bisa dibantu, syukur di sini menjadi objek penelitian mereka (Untidar). Di sana kan ada fakultas pendidikan, di sini dijadikan pilot project penelitian mereka tentu kami akan senang sekali,” tandasnya.
Saat ini sedang proses piloting transaksi uang tunai yang bekerja sama dengan salah satu bank. Semua anak – anak difasilitasi untuk membuka rekening, rencananya akan dilaksanakan lounching saat liburan menjelang penghujung 2019, hal tersebut sekaligus terbitan tiga buku baru dari anak – anak. (Siedoo)