MAGELANG – Sekolah Menengah Pertama (SMP) IT Ihsanul Fikri Pabelan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah membawa pulang pengalaman edukasi dari perjalanan ke luar negeri. Sebanyak 21 siswa dan 4 guru pedamping terbang ke negara Malaysia, Singapura dan Thailand selama sembilan hari.
Negara Singapura menjadi tempat pertama yang didatangi dalan program Student Exchange and 3 Asean Countries Journey yang berangkat pada Senin, (29/7/2019) silam. Kunjungan di Singapura untuk pengenalan budaya dan tidak kalah pentingnya mengenal Masjid Sultan, sebagai masjid terbesar di Singapura. Masjid ini merupakan daerah minoritas Islam, namun bisa terfasilitasi untuk kaum muslim.
“Selain pengalaman, karena memang orientasi yang kita terapkan pada anak ialah bagaimana bisa bergabung untuk menjalin ukhuwah kepada mereka dengan berbeda suku dan budaya, termasuk bahasa,” kata Humas SMP Ihsanul Fikri Sholeh Abdurohman, S.Kom.
Selain itu, kegiatan selama dua hari di Sekolah Menengah Islam (SMI) Hira’, Selangor Malaysia, diantaranya diisi dengan Murojaah Quran. Yaitu, membaca ulang yang sudah pernah dihafalkan tanpa melihat Alquran, Tilawah yaitu membaca murni Alquran, sholat Qiyamul Lail, sambung ayat dan kompetisi sepak bola. Hal tersebut dilakukan bersama dengan siswa SMI Hira’.
“Di SMI Hira’ itu sekolah boarding school sama seperti SMP Ihsanul Fikri. Kita gabung mengikuti pembelajarannya, notabenenya yang paling dominan itu Tahfidzul Quran,” ujarnya.
Kegiatan selanjutnya di Santi Wittaya School, Yala Thailand yang disambut dengan baik. SMP Ihsanul Fikri diajak keliling dan diperkenalkan metode pembelajaran dan materi apa saja yang diberikan di sekolah tersebut.
Hal uniknya, ada guru dari negara Mesir dan Kenya yang hanya menggunakan bahasa Arab saja. Artinya, jika guru tersebut menyampaikan materi semacam ceramah atau kultum di masjid, maka menggunakan bahasa Arab dan kemudian diterjemahkan guru yang lain dalam bahasa Melayu.
“Alhamdulillah dari tiga negara yang kita dapat, selain pengenalan suku budayanya, juga terkait dengan kedisiplinannya. Kalau di Thailand itu ada budaya malu, karena segala sesuatunya mereka tidak banyak suara. Bicara seperlunya dan adabnya sudah tertata dan tidak kalah pentingnya adalah tepat waktu,” jelasnya.
Harapan yang didapat siswa SMP Ihsanul Fikri dari tiga negara ASEAN itu, salah satunya yang paling berkesan di Thailand. Sebuah negara minoritas Islam tapi kompak dan ukhuwahnya luar biasa.
“Nah ukhuwah ini yang paling penting, ketika ada teman mengalami kesulitan itu dengan segeranya memberi suatu pertolongan. Satu contoh kecilnya di Thailand kemarin, jarak antara Yala menju Patani itu sekitar dua setengah jam. Saking ukhuwahnya luar biasa meski tidak kenal, ada barang satu yang harganya mungkin tidak seberapa itu langsung diantarkan,” tandasnya. (Siedoo)