Siedoo, Ketersediaan tanaman krokot di Indonesia cukup melimpah dan belum dimanfaatkan sebagai produk yang memiliki nilai jual tinggi. Di tangan mahasiswi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), tanaman ini diolah menjadi produk yang memiliki manfaat lebih. Yaitu disulap menjadi kosmetik herbal.
“Keunggulan produk ini adalah mengandung ekstrak tanaman krokot yang mengandung antioksidan sebagai penangkal radikal bebas. Sehingga, kulit menjadi cerah dan ternutrisi, harga terjangkau, dan praktis,” kata salah satu mahasiswi Ratna Puji Rahayu.
Ia bersama dengan rekannya, Silviana Nugraheni dan Ranum Wanudya Yunas prodi kimia, dan Aulawi Nulad Utami Prodi Pendidikan Ekonomi UNY mengolah krokot menjadi krim wajah antiaging. Tanaman krokot (Portulaca oleracea L) adalah tanaman yang tumbuh liar di lapangan dan dapat tumbuh di daerah berpasir dan tanah liat.
Krokot dapat tumbuh meski kekurangan air dan memiliki sifat adaptasi yang baik terhadap lingkungan. Krokot termasuk salah satu gulma pada budidaya tanaman semusim.
Untuk memberi nilai tambah, maka sekelompok mahasiswa UNY memanfaatkannya menjadi kosmetik herbal.
“Produk krim wajah dengan ekstrak krokot belum ada di pasaran. Sehingga, berpotensi untuk dikembangkan sebagai produk khas, karena berasal dari tanaman yang banyak terdapat di Indonesia,” jelas Ratna.
Menurut Silviana Nugraheni, mereka mengolah ekstrak krokot menjadi krim wajah karena sifat-sifatnya yang tinggi gizi dan antioksidan.
“Krokot diperkaya dengan berbagai kandungan seperti KCI, KSO4, KNO3, Nicotinic acid, tannin, saponin, vitamin A, B, C, 1-noradrenalin, noradrenalin, dopamine, dopa,” kata Silviana.
Antioksidan sebagai kandungan bermanfaat untuk tubuh manusia salah satunya untuk peremajaan kulit, penangkal radikal bebas, pencegah kanker, mengurangi jerawat, meningkatkan kolagen, dan antiaging.
Proses Pembuatan Krim
Ranum Wanudya Yunas memaparkan cara pembuatan krim ini. Bahan yang dibutuhkan adalah etanol 90%, setil akohol, asam stearat, trietanolamin, gliserin, paraffin, adeps lanae, propil paraben, metil paraben, ekstrak krokot, akuades, masker, sarung tangan, alumunium foil dan kertas saring.
Tahap pembuatannya pertama kali krokot dipilih, cuci bersih dan ditiriskan hingga kering lalu diblender. Rendam etanol selama 24 jam tutup dengan aluminium foil, dan didapat filtrat dan residu 1. Residu 1 kemudian disaring dan direndam etanol selama 24 jam dan ditutup aluminium foil. Didapatkan filtrat dan residu 2.
Filtrat 1 dan 2 dicampur, diuapkan dengan rotary evaporator dan didapatkan ekstrak kental. Pembuatan ekstrak tanaman krokot terbagi dua fase yaitu fase air dan fase minyak. Untuk fase air, setil alkohol, adeps lanae, parafin cair dan asam stearat ditambah propil paraben 700.
Untuk fase minyak metil paraben dilarutkan dalam air panas 900 tambahkan gliserin dan trietanolamin 700 C. Fase minyak dan fase air kemudian dicampur, aduk selama 3 menit kemudian diamkan 20 menit. Aduk dan tambahkan esktrak etanol tanaman krokot dan krim wajah siap digunakan.
Aulawi Nulad Utami mengatakan, produk yang dihasilkan berupa krim wajah anti penuaan dini berbahan dasar ekstrak tanaman rumput krokot yang disebut Macea.
“Krim ini mengandung antioksidan, tanin, saponin, flavonoid, fenol, alkaloid dan glikosida yang kaya akan kandungan antioksidan tinggi yang menjaga kesehatan kulit wajah,” katanya.
Didesain praktis sesuai dengan kebutuhan wanita saat ini dengan ukuran pot krim 20 g. Kemasan dikemas lagi dengan kotak yang menarik yang mampu menjaga produk dari faktor eksternal yang mampu merusak atau mengurangi nilai pada produk.
Krim wajah anti penuaan ini mampu bertahan selama 1 tahun lamanya. Karya ini berhasil meraih dana Dikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan tahun 2019. (*)