SURABAYA – Pertamina meminta bantuan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jawa Timur untuk mencari solusi limbah organik. Masyarakat sekitar Desa Tasikharjo, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur masih belum dapat mengelola limbah organik dengan tepat.
Masyarakat sekitar cenderung membakar sisa-sisa tanaman dalam jumlah banyak dan menghasilkan polusi udara yang cukup besar. Selain berdampak buruk bagi kesehatan warga, PT Pertamina Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Tuban yang berlokasi di dekat perkebunan warga, juga terkena imbas gas karbon ini.
Padahal, tercatat pada data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tuban, Kecamatan Jenu terkenal sebagai salah satu penghasil jagung terbesar di Tuban. Dengan hasil sawah 39.440 ton per tahun, tidak heran jika sebanyak 50 persen dari penduduk setempat menggantungkan penghasilannya sebagai petani. Tidak hanya jagung, masyarakat sekitar juga menanam berbagai tanaman lain seperti bawang, tomat, dan semacamnya.
Melalui program Corporate Social Responsibility (CSR), pembakaran limbah khususnya jagung yang semula kurang tepat, digantikan dengan alternatif yang membawa manfaat bagi masyarakat dan bagi PT Pertamina TBBM Tuban. Yakni limbah di Desa Tasikharjo, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban akan diolah menjadi pupuk organik.
“Program CSR ini sebagai kontribusi perusahaan terhadap pembangunan berkelanjutan. Yakni dimulai dengan pembuatan rumah produksi pupuk organik hasil limbah pertanian jagung,” jelas Ketua tim CSR, Setiyo Gunawan ST PhD.
Rumah produksi seluas satu hektare yang dibangun di lahan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) ini tidak hanya digunakan warga untuk mengolah limbah jagung. Tetapi juga limbah bawang merah dan tomat sebagai hasil kebun terbanyak lainnya.
Setiyo mengungkapkan, masyarakat yang semula bergantung pada pupuk kimia pun mulai beralih ke pupuk organik ini. Masyarakat sudah mulai yakin pada hasil pupuk organik, lantaran telah melihat hasil positifnya secara langsung.
“Selain lebih aman, pupuk organik juga mudah diperoleh dan memiliki unsur mikroorganisme yang lebih banyak. Sehingga mampu meningkatkan kesuburan tanah dan menjaga unsur haranya,” imbuh dosen Teknik Kimia ITS ini.
Ke depannya, Setiyo berharap agar program CSR ini dapat terus berlanjut dan menyebar ke desa lain. Berbagai polemik yang dahulu timbul antara masyarakat dan PT Pertamina TBBM Tuban pun perlahan mulai surut. Kehidupan ekonomi petani sekitar pun meningkat, serta hasil sawah yang dihasilkan memiliki kualitas yang lebih baik.
“Inilah bentuk tanggung jawab yang baik dari suatu perusahaan, masyarakat sekitar yang siap bekerja sama, dan ITS mampu menjalankan pengabdian masyarakat dengan baik,” tandasnya.
Program ini juga untuk menjunjung salah satu Tri Dharma perguruan tinggi yakni pengabdian pada masyarakat. ITS terus berupaya membantu mengatasi permasalahan yang ada di masyarakat. Salah satunya melalui PT ITS Tekno Sains yang bekerja sama dengan PT Pertamina Terminal Bahan Bakar Minyak Tuban untuk membantu masyarakat di Kecamatan Jenu, Tuban dalam mengatasi masalah limbah organik itu. (Siedoo)