BANDUNG – Memasuki era revolusi industri 4.0, era disrupsi teknologi, diperkirakan 75 -375 juta orang di dunia akan beralih profesi. Dampak dari era ini juga akan memuncul profesi baru. Itu tidak lain karena pertumbuhan teknologi begitu cepat. Hal ini membuat perguruan tinggi dituntut untuk siap menghadapi perubahan teknologi. Demikian ditandaskan Menristekdikti Mohamad Nasir.
“Mau tidak mau, suka atau tidak suka, teknologi akan hadir dalam kehidupan kita,” ucap Menteri Nasir saat di Universitas Pasundan (Unpas), Bandung, Jawa Barat dilansir dari ristekdikti.go.id.
Mantan Rektor Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Jawa Tengah tersebut meminta pimpinan perguruan tinggi untuk terus meningkatkan kualitas dosen agar memiliki kompetensi inti yang akan dibutuhkan pada revolusi industri 4.0. Lulusan perguruan tinggi sangat bergantung dengan kualitas sistem pembelajaran di kampus dan kualitas dosen yang mengampu mata kuliah.
”Realitanya di perkembangan teknologi saat ini masih banyak lulusan tidak memiliki kompetensi sesuai dengan apa yang diambil dalam bidangnya,” tutur Nasir.
Perguruan tinggi, lanjutnya, akan semakin dituntut untuk mempersiapkan para mahasiswanya atas pekerjaan yang belum ada. Selain itu juga dituntut menciptakan iptek yang inovatif, adaptif, kompetitif sebagai konsep utama daya saing dan pembangunan bangsa.
Menteri Nasir menambahkan, menghadapi tantangan tersebut Kemenristekdiki bersama perguruan tinggi harus mereformasi penyelenggaraan pendidikan tinggi, seperti: deregulasi, penyediaan pendidikan yang fleksibel dan berorientasi pada mahasiswa serta pangsa pasar, penajaman kurikulum.
Lalu ada orientasi pada keterampilan yang teruji dan berdaya saing, pengembangan bidang ilmu strategis, revitalisasi kelembagaan, kemampuan pendidikan tinggi untuk menghasilkan riset dan inovasi yang kompetitif, sampai pada peningkatan keskolaran, kreativitas, kegiatan entrepreneurial, dan lain-lain. (Siedoo)