Siedoo, Empat mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) berinovasi untuk membantu tumbuh kembangnya Usaha Kecil Menengah (UKM). Salah satunya berkaitan dengan produksi makanan emping. Mahasiswa menciptakan alat khusus untuk mempermudah produksi emping, yang sebelumnya manual kini diubah menggunakan mesin.
Dengan alat buatan mahasiswa ini, proses pembuatan jumlah emping bisa lebih banyak dan waktunya lebih efektif. Pencipta alat itu adalah Khusniyati dan Ilham Arifin Pambudi dari Prodi Pendidikan Teknik Informatika UNY, Mohammad Giffari Anta Pradana Prodi Pendidikan Teknik Elektronika serta Lukman Fatoni Prodi Pendidikan Teknik Mesin.
Mereka merancang mesin pembuat emping otomatis, dengan alat yang diberi nama Automatic Flash Machine Maker of Emping (Amping). Menurut Khusniyati, proses pembuatan emping yang membutuhkan waktu lama masih menjadi momok. Tidak jarang membuat para pengrajin emping berpindah haluan.
Hal ini pula yang menjadi kendala untuk memproduksi emping secara jumlah banyak dalam waktu yang singkat. “Menurunnya produktivitas pekerja melinjo diakibatkan karena kelelahan terhadap waktu. Proses pembuatan yang cukup panjang dan diperlukan tenaga yang stabil dalam pembuatan menjadi emping,” ujarnya.
Emping sendiri merupakan camilan yang terbuat dari melinjo. Proses pembuatan melinjo menjadi emping diperlukan sebuah kesabaran dan tenaga yang optimal. Biji melinjo yang sudah terpisah dengan kulitnya di sangrai dengan menggunakan pasir, kemudian dipisahkan antara biji dan kulit biji.
Setelah biji berwarna putih pucat kekuningan didapat, barulah biji tersebut dipipihkan, biji yang sudah menjadi emping kemudian dijemur. Proses pemipihan biji ini menjadi tahapan yang sulit.
Ketika itu, tubuh harus berada pada posisi tetap, dengan membawa palu dan dipukulkan ke biji melinjo dalam waktu yang cukup lama. Proses pembuatan emping melinjo yang rumit ini kemudian menjadi perhatian mahasiswa Fakultas Teknik UNY.
Lukman Fatoni menjelaskan, rancangan Amping meliputi motor diesel, mesin rolling dan sangrai. “Mesin akan digerakkan oleh motor diesel yang mengubah energi elektromagnetik menjadi energi mekanik,” kata Lukman.
Pada mesin rolling dan sangrai, biji melinjo akan diproses melaui sistem sangrai dengan cara pengadukan dalam mesin secara otomatis untuk menghilangkan kadar air. Biji melinjo juga akan melalui tahapan pada sistem rolling yang dikendalikan motor listrik untuk memipihkan biji.
Selanjutnya emping akan ditampung ke wadah yang berada di samping mesin rolling. Amping memiliki corong untuk memasukkan biji melinjo yang telah terpisah dengan kulit ari untuk memasuki tahapan rolling, penyangrai untuk mengurangi kadar air dalam biji sekaligus untuk mematangkan biji melinjo dengan sumber panas dari tungku.
Rolling digunakan menekan biji melinjo dari dua sisi, untuk memipihkan biji dan ditampung dalam wadah emping setelah melalui tahap rolling. Ilham Arifin Pambudi menambahkan, mereka menggagas inovasi teknologi yaitu mesin yang dapat bekerja secara optimal pada saat pemipihan biji melinjo untuk meningkat hasil dari produksi UKM penghasil emping.
“Kami bekerjasama dengan UKM Rizki Illahi di Desa Rejosari Batang sebagai pembuat emping,” kata Ilham.
Dijelaskan bahwa, UKM ini cukup kewalahan dalam memenuhi kebutuhan pasar dengan hanya mengandalkan tenaga manusia. Untuk itu perlu terobosan inovatif dalam memproduksi emping.
Sementara itu, pemilik UKM Rizki Illahi Eni Mifroah merasa gembira dengan adanya mesin pembuat emping otomatis ini. “Amping hadir sebagai alat yang membantu mitra agar dapat memproduksi emping melinjo dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang singkat. Ini supaya kebutuhan pasar dapat terpenuhi,” jelasnya. (*)