SURABAYA – Minimal uang untuk membeli Surat Berharga Negara (SBN) Ritel hanya sebesar Rp 1 juta. “Sehingga tidak harus memiliki uang ratusan juta rupiah untuk bisa melakukan investasi pada usia muda,” kata Kepala Subdirektorat Analisis Keuangan dan Pasar Surat Utang Negara Kementerian Keuangan (Kemenkeu) RI, Suharianto SE Ak MM CA.
Ia menyampaikan itu saat kuliah tamu di Ruang Sidang Utama, gedung Rektorat Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jawa Timur. Selain dirinya, kuliah tamu juga disampaikan Kepala Seksi Pelaksanaan Transaksi Surat Berharga Syariah Negara II, Slamet Prayitno SE SST Ak MBA, mengangkat tema Investasiku Bagi Indonesia melalui Surat Berharga Negara (SBN) Ritel. Perihal itu sangat sesuai dengan zaman saat ini yang sebagian besar kaum muda enggan untuk melakukan investasi.
Menurut Suharianto, data jumlah investor dari salah satu produk SBN Ritel yaitu SBR004, menunjukkan bahwa 40,99 persen ialah berasal dari kalangan kaum millenium. Hal itu menunjukkan bahwa jumlah kaum millenium saat ini yang ikut berinvestasi sudah cukup banyak.
“Walaupun nilai dari nominalnya masih terbilang cukup kecil,” ungkap Suharianto.
Sementara itu, Slamet Prayitno juga menuturkan bahwa, investasi SBM Ritel sendiri tidak hanya bersifat secara konvensional. Namun saat ini sudah berkembang sistem bersifat syariah yang disebut dengan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Ritel. SBSN sendiri hanya difokuskan untuk membiayai proyek-proyek pemerintah saja.
Dengan demikian, pendanaan untuk pembangunan dalam negeri tidak tergantung dengan dana asing yang begitu banyak. “Sehingga kaum millenium saat ini perlu untuk berinvestasi demi membantu perekonomian negara Indonesia sendiri,” ujarnya mengingatkan.
Seperti diketahui, masuknya negara Indonesia dalam era persaingan ekonomi global yang semakin ketat, mengharuskan masyarakat Indonesia mampu untuk ikut serta dalam berinvestasi. Untuk menindaklanjuti hal itu, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya bekerja sama dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) RI yang ditunjukkan melalui pendatanganan nota kesepahaman.
Rektor ITS, Prof Ir Joni Hermana MScES PhD, menerangkan bahwa sebagian masyarakat milenium Indonesia cenderung tertarik untuk membeli barang baru daripada menggunakan uangnya untuk berinvestasi. “Melalui kerja sama dengan Kemenkeu ini, bisa diharapkan untuk terus bertambahnya minat kaum milenium dalam melakukan investasi,” ujar orang nomor satu di ITS tersebut.
Dengan melalui SBN ritel oleh Kemenkeu ini, mahasiswa menjadi semakin mudah untuk melakukan investasinya. Apalagi investasi tersebut juga ditujukan untuk pembangunan negara Indonesia itu sendiri.
“Jadi prinsipnya, kita membangun negeri kita dengan uang yang bersumber dari kita sendiri,” jelas Joni. (Siedoo)