SURABAYA – Kampus Politeknik Negeri Madura, Sampang, Madura, Jawa Timur menjadi tuan rumah Kompetisi Kapal Cepat Tak Berawak Nasional (KKCTBN) 2018. Ajang kali ini akan berlangsung pada 17 hingga 20 November 2018. Para mahasiswa dari berbagai kampus akan saling bertarung, salah satunya yaitu Tim Barunastra Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.
Dari ITS diwakili oleh Tim Barunastra ITS, yang dilepas langsung Direktur Kemahasiswaan ITS, Dr Darmaji SSi MT. Mereka beranggotakan 20 orang dari berbagai macam divisi dan akan mengirim dua kapal dengan kategori yang berbeda. Kapal yang pertama adalah Nala Evo Mark III yang akan berlaga pada kategori Autonomous.
“Tim harus melakukan yang terbaik dalam perlombaan,” kata dosen pembimbing tim, Rudy Dikairono ST MT.
Kategori ini melombakan kapal dengan kendali otomatis. Sedangkan kapal kedua yang dinamai Arnesh akan berkompetisi pada kategori racing fuel engine.
“Setiap usaha tidak akan mengkhianati hasil. Masih ada waktu, persiapkan segala sesuatu dengan matang,” pesan Direktur Kemahasiswaan Darmaji kepada tim, seperti rilis yang masuk ke Redaksi Siedoo.
Ketua Tim Barunastra ITS Steven Caramoy mengatakan, perlombaan tahun ini akan sedikit berbeda dengan perlombaan pada dua tahun yang lalu. Karena pada tahun ini, perlombaan dilakukan di pantai yang memiliki ombak. Bukan pada kolam dengan air tenang seperti yang telah dilaksanakan sebelumnya.
“Kami senantiasa melakukan pengembangan pada kapal. Khusus untuk lomba ini kami mengembangkan agar kapal dapat bertahan dengan medan yang berombak,” jelas mahasiswa Departemen Teknik Perkapalan ITS ini.
Mengenai pengembangan kapalnya, Amoy, sapaan akrab pria ini, menerangkan bahwa Tim Barunastra ITS menggunakan jenis kapal catamarans. Jenis kapal yang memiliki dua lambung ini dinilai memiliki performa yang baik untuk menghadapi medan berombak.
Selain itu, Tim Barunastra juga melakukan pengembangan pada program kapal tersebut. Sehingga, siap menghadapi medan.
“Kami juga mengoptimalkan sensor kamera yang digunakan. Karena pada perlombaan ini hanya diperbolehkan menggunakan sensor kamera untuk mendeteksi warna,” urai Amoy kepada para awak media yang turut hadir di acara pelepasan tim.
Meski kapal ini sempat beberapa kali menabrak lintasan yang dibuat dalam ujicoba yang dilakukan pada pelepasan tim di Danau Delapan ITS, hal ini tidak menyurutkan optimisme tim untuk kembali membawa gelar juara seperti pada tahun 2014 dan 2016. Amoy mengaku, kesalahan yang terjadi diakibatkan kekeliruan penggunaan program pada kapal.
“Ada program yang berbeda tiap pagi, siang, atau sore,” tambahnya.
Amoy menilai kapal tersebut sudah memiliki banyak peningkatan dari versi sebelumnya, terutama pada otomasi kecepatan kontrol. Tim juga senantiasa melakukan latihan dengan lintasan yang dirancang lebih sulit daripada saat lomba.
“Tidak lupa, kami memberikan ombak buatan agar terbiasa dengan medan lomba yang berombak,” ungkapnya. (Siedoo)