Siedoo, Peran pendidikan di lingkungan masyarakat tidak bisa dipandang sebelah mata. Jika diibaratkan rumah, pendidikan itu sebuah pondasi yang harus kuat tatanannya. Sehingga, bangunan lain yang mendukung sebuah rumah juga memiliki kekuatan yang sama kuat. Namun, jika pondasi itu sendiri tidak kuat, bukan tidak mungkin, bangunan pelengkap lainnya akan mudah roboh.
Pandangan sebuah arti pendidikan itu dikemukakan Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Temanggung, Jawa Tengah Dr Muh Baehaqi MM ketika berbincang dengan Redaksi Siedoo di ruang kerjanya.
“Pendidikan merupakan hal yang urgent, sangat penting. Jika pendidikan di masyarakat itu tinggi, maka semakin tinggi pula peradaban,” kata Muh Baehaqi.
Ia memandang bahwa, pendidikan tidak bisa berdiri sendiri. Namun, masih ada korelasi yang kuat dengan bidang – bidang kehidupan yang lainnya. Misalnya di bidang ekonomi dan bidang lainnya.
“Sangkut pautnya dengan pendidikan itu banyak aspek, seperti juga mempengaruhi bidang ekonomi di masyarakat. Tingginya kesadaran pendidikan, bidang ekonomi akan bagus. Yang bisa membuat lingkungan itu nyaman, hasil dari pendidikan itu sendiri,” jelasnya.
Sejak dulu, kehidupan Baehaqi tidak bisa dilepaskan dari bidang pendidikan. Mengawali pendidikan dari MI Al Mujahidin Kedu, Temanggung dan lulus sekitar tahun 1977. Kemudian melanjutkan ke jenjang SMP Pemda, lulus pada 1980.
MA Mualimin Temanggung mengantarkannya lulus sekolah menengah pada 1983. Daerah Istimewa Yogyakarta kemudian menjadi tempat untuk menuntut ilmu yang lebih tinggi lagi, yaitu di IAIN Sunan Kalijaga dan lulus pada 1989. IAIN Sunan Kalijaga kini sudah berubah nama menjadi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Dirasa cukup mencari ilmu di Kota Pendidikan, Baehaqi ingin mencoba menyalurkan keilmuannya di STAINU Temanggung (kala itu namanya masih Fakultas Hukum Universitas Nahdlatul Ulama (FHI – UNNU). Mengawali karirnya menjadi assisten pimpinan kala itu, Hasyim Affandi pada tahun 1992. Hasyim juga merupakan Bupati Magelang periode 1999-2004 dan mantan Bupati Temanggung.
Mengabdi hampir 10 tahun berlalu, Baehaqi kemudian meneruskan pendidikan S2 di Stikubank Semarang, Jawa Tengah. Hingga kemudian meneruskan studi S3 di UII Yogyakarta, dengan mengambil Doktor Hukum Islam.
“Pada 1992 lalu, awal mengabdi di STAINU saat itu masih di kampus 1. Baru kemudian sempat berpindah ke kampus 2 Prapanca, belakang Kodim Temanggung . Mulai tahun 2002 STAINU berdiri di kampus yang sekarang di Jalan Suwandi Suwardi,” urainya.
Baehaqi masih ingat betul, kala itu STAINU baru memiliki dua program studi, yaitu Al Ahwal al Syakhsiyyah (Hukum Keluarga) jurusan Syariah dan Prodi Studi Agama Islam (PAI) jurusan Tarbiyah. Pengabdian terus dilakukan tanpa mengenal lelah, hingga kini STAINU Temanggung sudah memiliki enam Prodi. Seperti PAI, Manajemen Pendidikan Islam (MPI), Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD), Ahwal Al Syakhshiyyah (AS), dan Ekonomi Syariah (ES).
Meski memiliki enam prodi, tidak berarti harus berpuas diri. Kini, STAINU terus berupaya untuk memenuhi kebutuhan pendidikan di masyarakat. Salah satu caranya dengan mengajukan diri menjadi institut pada 2019 nanti.
“Alasan kuat mengajukan institut itu karena masyarakat menginginkan ada jurusan umum,” ungkap Baehaqi.
Di kawasan Temanggung, terdapat beberapa SMK yang belum terwadahi dengan baik. Program studi tentang Teknik, sangat dibutuhkan di masyarakat. Karena belum terwadahi dengan baik, maka lulusan siswa SMK berlari mencari pendidikan ke luar daerah, seperti Yogyakarta maupun ke Semarang.
“Dengan berubahnya institut, maka keberlangsungan pendidikan di masyarakat Temanggung bisa lebih efektif, kedepan. Beberapa prodi yang akan diajukan seperti Manajemen Keuangan, Akuntasi, Teknik Sipil, Teknik Mesin. Nantinya kulitas lah yang kami utamakan,” tandasnya. (Advertorial)