Siedoo, Berbagai Perguruan Tinggi di Indonesia mengikuti Kompetisi Konstruksi Ramping 3.0 2018 di Institut Teknologi Bandung (ITB), Jawa Barat awal Oktober 2018 lalu. Berbeda dengan Kompetisi Jembatan Indonesia yang fokus pada bidang struktur sebuah konstruksi, Kompetisi Konstruksi Ramping ini terfokus pada manajemen perencanaan. Dalam kompetisi ini, perhitungan waktu pengerjaan cukup singkat.
Untuk durasi pengerjaan di lapangan, maksimal disediakan waktu selama delapan minggu. Di mana untuk setiap satu minggu pengerjaan, diwakili satu menit pengerjaan pada saat kompetisi. Pada kompetisi itu, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jawa Timur keluar sebagai juara pertama.
Tujuh mahasiswa Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian (FTSLK) ITS yang tergabung dalam satu tim, berhasil menyingkirkan perguruan tinggi yang lainnya, termasuk diantaranya tuan rumah ITB.
Dalam pembagian peran ini, tim ITS terdiri atas tiga orang mahasiswa S2 Manajemen Proyek Konstruksi (Bernard Octavianus, Feisal Rajab Rivai dan Mahendra Perdana Sopaheluwakan), dan empat orang mahasiswa S1 Departemen Teknik Sipil (Dian Arief Prawira Ramadhan, Naufal Muhmmad Rizky Sulistio, Ajeng Larasati dan Zhafira Aulia Khairunnisa Aman). Dalam posisinya, Kontraktor Utama dipegang oleh Bernard Octavianus, sedangkan enam lainnya sebagai Subkontraktor.
“Terdapat beberapa kriteria penilaian dalam kompetisi ini. Yakni produktivitas, kecepatan perencanaan dan ketepatan eksekusi. Dari ketiganya, Tim ITS berhasil meraih total nilai 399,7 dari 400,” jelas Naufal Sulistio sebagai salah satu anggota tim.
Tidak seperti biasanya, pautan nilai antara ITS sebagai juara 1 dengan ITB sebagai juara 2 cukup jauh. Pada kompetisi sebelumnya, pautan nilai antara finalis hanya berkisar 5 hingga 6 poin. Namun kali ini, ITS unggul 22 poin atas ITB. Kemudian disusul dengan Universitas Diponegoro (Undip) di posisi ketiga dengan total nilai 373,5.
Tim di bawah bimbingan Cahyono Bintang Nurcahyo ST MT ini pun berhasil menyabet juara 1 kategori Total serta juara 3 kategori Pemborosan Minimum.
“Tim kami unggul dari segi penentuan perencanaan durasi waktu selama empat minggu dari waktu delapan minggu yang disediakan,” jelas pria berkacamata itu.
Sedangkan tim lain biasanya mengambil durasi enam minggu ataupun delapan minggu. Dari selisih waktu yang amat jauh itulah poin tinggi tim ITS diperoleh.
Aspek penilaian lainnya adalah ketepatan eksekusi konstruksi bangunan sesuai dengan perencanaan yang dibuat. Menurut penilaian, tim ITS hanya melakukan satu langkah pemborosan, yakni sebuah elemen konstruksi berukuran 2×1 yang tidak terpasang pada saat itu.
Namun hal itu dikarenakan waktu yang tidak cukup, sehingga elemen tersebut dipasang setelahnya.
Dosen yang akrab disapa Bintang ini menjelaskan, di kompetisi ini peserta dituntut untuk memecahkan permasalahan perancangan konstruksi dengan manajemen yang akurat.
Konsep kompetisi ini diibaratkan seperti simulasi konstruksi oleh seorang Kontraktor Utama (Main Contractor) yang dibantu oleh beberapa subkontraktor (Subcontractor) dengan manajemen yang paling efisien.
Jadi, dalam hitungan hari, 10 detik dalam kompetisi ini mewakili satu hari pengerjaan konstruksi sesungguhnya.
Di kompetisi ini, Tim ITS menyiapkan secara matang kemampuan kolaborasi tim antara Kontaktor Utama dan Subkontraktor. Dengan berbekal itu, tim ITS dengan mudah berperan dalam porsinya masing-masing.
“Keunggulan Tim ITS di sini adalah kemampuan Kontraktor Utama dalam memahami bidang penguasaan oleh tiap Subkontraktor. Sehingga pekerjaan lebih cepat dan tepat,” papar dosen Departemen Teknik Sipil itu.
Prestasi membanggakan ini merupakan hasil usaha dan kerja keras para mahasiswa. Selama berlatih, mahasiswa diberikan berbagai soal-soal konstruksi yang sangat rumit.
Sehingga membentuk mental dan kemampuan para mahasiswa agar siap menghadapi kemungkinan soal rumit pada saat kompetisi. Bahkan, soal yang diberikan pada saat kompetisi lebih mudah daripada soal untuk latihan.
Untuk kompetisi tahun depan, Bintang akan tetap menerapkan strategi seperti tahun ini. Ia menganggap strategi ini sudah baik dan dapat diterapkan kembali untuk kompetisi berikutnya.
“Sebelum perlombaan, kita akan sediakan bank soal untuk persiapan para peserta agar siap menghadapi kompetisi,” tandasnya.