Siedoo, MENJADI seorang dosen bukan berarti berhenti belajar. Justru dengan banyak belajar dan melakukan penelitian, tentu akan meraih prestasi lebih tinggi. Demikian yang dilakukan Dr. Hari Wahyono, M.Pd. Dosen Bahasa Indonesia Universitas Negeri Tidar (Untidar) Magelang, Jawa Tengah ini berhasil meraih gelar doktor dari Universitas Negeri Semarang (Unnes).
Hari Wahyono menjalani sidang terbuka di kampus Pascasarjana Unnes, Selasa (4/09/2018) lalu. Di hadapan penguji, pria kelahiran Magelang, 30 Desember 1964 ini sukses mempresentasikan hasil penelitiannya. Pemilik nilai IP Kumulatif 3,84 ini pun mendapat pujian dari para penguji.
Tak ada yang mengira, akhirnya mantan sopir angkutan kota (angkot) di Kota Magelang ini menjadi doktor ke-403 Unnes dan ke-79 Prodi Ilmu Pendidikan Bahasa Unnes.
Gelar ini diraih setelah menulis disertasi berjudul “Pengembangan Model Penilaian Kemampuan Berbicara Mahasiswa Berbasis Teknologi Informasi”. Tujuan penelitiannya untuk menilai kemampuan berbicara mahasiswa: integratif, efektif, efisien, objektif, transparan, edukatif, dan akuntabel.
“Rasanya lega bisa meraih gelar ini setelah masa penelitian yang panjang selama empat tahun. Memang lama, karena saya harus mengintegrasikan antara model penilaian kemampuan berbicara mahasiswa dan teknologi informasi,” ujarnya.
Ia memulai penelitian dengan melihat kebutuhan dan masalah di lapangan. Hari mengamati di lingkungan kerjanya, yakni FKIP Untidar. Setelah itu membuat konsep manual sampai rumus-rumus perhitungan (skoring).
Ia melanjutkannya dengan membuat desain dan diajukan untuk dinilai. Penilaian ini menjadi bahan revisi yang kemudian diperbaiki. Setelah itu, baru dibuat purwarupa (prototype) dan uji coba oleh pemangku kepentingan (stakeholder).
Setelah uji coba, Hari mendapat rekomendasi dan menjadi model. Prosesnya diakui cukup panjang dan Hari dibantu ahli TI Unnes. Akhirnya selesai dan produk penelitiannya menjadi model yang dapat diakses di laman www.mutiaraberisi.com.
Hari menjelaskan, laman Mutiara Berisi merupakan singkatan dari Menilai Mutu Berbicara Berbasis Teknologi Informasi. Ada tujuh kelebihan, yakni integratif, fleksibel, simultan, edukatif, transparan, akuntabel, dan ekonomis.
“Integratif, karena model penilaian mengintegrasi antarkomponen yang dinilai dan panca prinsip penilaian sesuai Permenristek Dikti No 44/2015 pasal 19 dan 20. Ekonomis, karena penilaian dapat dilakukan kapan dan di mana saja, juga memakai media elektronik yang bervariasi,” jelasnya.
Dalam penelitiannya, Wakil Dekan 1 FKIP Untidar ini mengambil sampel 40 mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Kemampuan berbicara mereka dinilai menggunakan Mutiara Berisi ini.
“Penguji atau penilai tinggal mengisi kolom penilaian yang ada di laman. Hasil akhirnya sudah lengkap dari poin sampai statistik, bahkan ada kolom kelemahan mahasiswa yang diuji,” urainya.
Keberhasilan ini tidak lepas dari prinsipnya yang berjuang tanpa lelah. Dia ingin sukses di dunia pendidikan. Tak heran, dosen berkumis yang mahir memainkan saxophone ini usai lulus dari SPG Negeri Magelang tahun 1984 sempat jadi sopir angkot selama dua tahun.
“Lalu saya kuliah di Untidar dan lulus menjadi dosen di almamater ini. Tahun 2000 dapat gelar master di Unnes,” ungkapnya.
Siedoo/NSK