LOMBOK – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jawa Timur memberikan perhatian khusus ke para korban bencana gempa di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Kampus menginisiasi program pembangunan yang diberi nama Hunian Sementara (Huntara) ITS 1.0.
Desa Rempek Darussalam wilayah Lombok Utara yang terletak di utara Gunung Rinjani menjadi pilihan lokasi pembangunan. Sehari setelah gempa besar kedua yang menghancurkan semua rumah di sana, tim Pusat Studi Kebumian, Bencana, dan Perubahan Iklim (PSKBPI) ITS berfokus untuk menangani permasalahan di salah satu desa di Kabupaten Lombok Utara itu.
Keterbatasan air, pemadaman listrik, menipisnya pasokan makanan, hingga terbatasnya jumlah terpal yang tersedia, menjadi beberapa alasan untuk memilih desa ini.
“Hunian ini kami desain untuk tahan hingga dua tahun dan menjadi penyambung asa warga yang telah satu bulan tinggal di bawah terpal,” kata Kepala Pusat Studi Kebumian, Bencana, dan Perubahan Iklim ITS Lalu Muhammad Jaelani ST MC PhD.
Setelah gempa, ribuan kepala keluarga kehilangan tempat tinggal dan harus memadati tenda-tenda pengungsian sementara, terutama di wilayah Lombok Utara. Terpanggil oleh rasa kemanusiaan, ITS Surabaya menginisiasi program pembangunan yang diberi nama Hunian Sementara (Huntara) ITS 1.0 tersebut.
Konsepnya yang berbeda dengan huntara lain, membuat Huntara ITS 1.0 menjadi proyek terobosan pilihan ITS. Alih-alih menjadi rumah yang pembangunannya ditanggung oleh ITS dan diberikan langsung kepada para pengungsi, Huntara ITS 1.0 ini adalah hunian yang dibangun oleh masyarakat sendiri melalui gotong-royong.
“Tak ada maksud lain, hanya untuk mengurangi kesan posko pengungsian yang sudah melekat selama satu bulan ini. Sehingga kami rasa sudah saatnya mereka membangun hunian sementara,” jelas Lalu Muhammad Jaelani, pria asal Lombok itu.
Dengan memperhitungkan luas tanah dan jumlah jiwa dalam satu kepala keluarga, desain Huntara ITS 1.0 dibangun dengan ukuran 7,2 x 4,8 meter persegi. Proyek ini juga memanfaatkan bekas bangunan lama yang materialnya masih dapat dipakai. Seperti seng, kayu, dan batu bata. Sementara itu, kebutuhan semen, triplek, serta alat pertukangan telah disediakan oleh ITS.
“Sudah enam ton bahan (semen dan triplek, red) yang kami datangkan langsung dari Surabaya, sisanya akan dibeli di Lombok,” jelasnya.
Pembangunan tahap pertama telah dimulai dengan target 27 rumah di RT 04, dengan dana Rp 135 juta. Bermodalkan bantuan dana yang digalang oleh sivitas akademika ITS, alumni dan masyarakat luar, Huntara ITS 1.0 diharapkan dapat diduplikasi juga untuk 29 posko lain di bawah area kerja Posko Induk ITS.
“Semoga target 914 huntara nantinya dapat tercapai,” kata dosen Teknik Geomatika tersebut. (Siedoo)