Siedoo.com - Hari Anak Nasional 2018. Anak adalah pribadi yang unik. Para orang tua jangan menganggap anak adalah orang dewasa dalam ukuran mini.
Opini

Setiap Anak Adalah Pribadi Unik

Siedoo, MEMPERINGATI Hari Anak Nasional kita, coba menengoklah sebentar. Apakah yang kita lakukan terhadap anak-anak selama ini sudah benar. Sudahkan sesuai dengan dunianya?

Hari Anak diselenggarakan pada tanggal yang berbeda-beda di berbagai tempat di seluruh dunia. Hari Anak Internasional diperingati setiap tanggal 1 Juni, sementara Hari Anak Universal diperingati setiap tanggal 20 November. Negara lainnya merayakan Hari Anak pada tanggal yang lain, dan perayaan ini bertujuan menghormati hak-hak anak di seluruh dunia.

Di Indonesia, Hari Anak Nasional diperingati setiap 23 Juli sesuai dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1984 tanggal 19 Juli 1984.

Setiap anak adalah pribadi yang unik. Meskipun dalam proses perkembangannya terdapat banyak kesamaan, namun tetap setiap anak akan memiliki keunikan tersendiri yang berbeda-beda dengan anak yang lainnya. Walaupun anak tersebut adalah anak kembar sekalipun.

Keunikan tersebut dapat berasal dari faktor genetis. Misalnya berbeda bentuk fisiknya, ataupun dapat berasal dari lingkungan.

Adanya keunikan yang dimiliki anak, seorang pendidik, baik guru maupun orang tua hendaknya melakukan pendekatan individu atau kelompok. Sehingga, keunikan anak dapat terakomodasi dengan baik. Misalnya, ada anak senang jika diajak bernyanyi dan menari, tubuhnya sangat luwes dan mudah mengikuti irama musik. Namun ada yang lebih suka diam sambal mencoret-coret dinding.

Seorang pendidik, harus peka melihat keunikan anak agar perkembangan anak dapat berjalan dengan optimal sesuai dengan minat dan bakat yang mereka miliki.

Setiap orang tua selalu menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya. Mulai dari pendidikan, pekerjaan, bahkan sampai dengan urusan jodoh. Namun, apakah semua keinginan orang tua untuk membuat anak-anak mereka menjadi yang terbaik sudah sesuai dengan keinginan anak? Rasanya belum semua sesuai harapan dan hak anak.

Baca Juga :  Berikut Empat Aspek Esensial Sekolah Inklusi

Setiap anak mempunyai keunggulan baik dalam pengetahuan, keterampilan, maupun perilaku. Anak yang berhasil meraih juara olimpiade matematika dikatakan pandai. Ada lagi yang mahir menari juga termasuk anak yang pandai.

Bahkan ada yang berhati baik, mau berbagi, dan mempunyai simpati yang lebih pada sesama, juga dikatakan pandai. Ketiga anak tersebut semuanya bisa dikatakan pandai, hanya saja kepandaian mereka berada dalam bidang yang berbeda. Sekali lagi, setiap anak bisa saja unggul dalam pengetahuan, keterampilan, dan perilaku.

Para orang tua di Indonesia kebanyakan memandang kepandaian hanya di bidang pengetahuan. Ada beberapa orang tua yang sudah mengenalkan berbagai macam pengetahuan kepada anak sejak usia dini, ketika anak masuk jenjang pendidikan PAUD atau TK, misalnya pengetahuan membaca, berhitung, les bahasa asing, dan sebagainya. Semua itu memang baik untuk perkembangan anak, namun jangan lupakan juga kemampuan anak untuk menerima semua pengetahuan itu.

Sebagai orang tua harus memahami setiap anak mempunyai kapasitas yang berbeda. Satu anak bisa saja berhasil, namun anak yang lain belum tentu bisa mengikuti. Jika orang tua sadar anaknya tidak bisa mengikuti, ada baiknya untuk mengurangi porsi pemberian pengetahuan itu. Jangan sampai anak dipaksakan karena akan berdampak buruk bagi perkembangan anak ke depannya.

Jika idealisme orang tua dan anak sudah berbeda, lalu siapa yang harus mengalah? Jika orang tua yang mengalah, mereka masih bisa terus mengawasi anak mereka dengan memberikan perhatian, dukungan, doa agar anak bisa sukses dengan pilihannya. Jika anak yang harus mengalah, ini bisa saja dianggap sebagai bentuk tanda bakti kepada orang tua yang sudah membesarkannya. Meskipun bisa saja dari luar, dari pandangan orang tua maupun masyarakat si anak bisa sukses, tapi siapa tahu hati si anak terasa beku.

Baca Juga :  SKTM dan Pendidikan Karakter Keluarga

Tidak ada daya semangat saat bekerja. Ia hanya bekerja sebagai bentuk kewajiban.

Semua pilihan pasti ada tantangan dan resikonya, tinggal bagaimana kita menghadapi dan menyelesaikan setiap tantangan dan resiko yang sudah dipilih. Mengutip nasihat dari orang tua kepada anaknya di salah satu anime Jepang.

“Aku tahu kamu tidak seperti anak yang lain. Kamu tidak bisa menguasai ilmu ninjutsu maupun genjutsu. Kamu hanya bisa menguasai ilmu taijutsu. Maka jangan berkecil hati, ayah tetap bangga padamu. Berusahalah untuk mengembangkan ilmu taijutsumu. Maka aku yakin suatu saat kamu akan menjadi master taijutsu yang hebat.”

Seperti yang kita tahu, bahwa anak usia dini adalah usia yang sering disebut dengan istilah golden age atau uisa emas, karena pada usia ini anak memiliki rentan perubahan yang begitu cepat dalam berbagai aspek. Anak akan lebih mudah mengingat atau memahami sesuatu dengan daya tangkapnya.

Karena mereka belum terbebani oleh masalah, sehingga mereka hanya memikirkan dirinya sendiri dan apa yang disenangi maupun tidak disukainya.

Dengan demikian, usia anak dibawah 2 tahun menjadi masa yang paling peka dan potensial bagi anak. Pendidik perlu melakukan stimulasi yang tepat untuk perkembangan anak. Sehingga, kepekaan yang anak miliki pada usia golden age dapat berfungsi secara optimal hingga ia tumbuh dewasa.

Jangan sampai masa keemasan ini terlewat begitu saja, tetapi manfaatkan masa ini dengan mengisi kegiatan yang dapat mengoptimalkan tumbuh kembang anak.

Dalam mengubah dan membina akhlak anak adalah saat ia masih dalam usia kanak-kanak. Sebab, anak yang masih kecil dapat dengan mudah mematuhi dan menjalani perintah orang tua dan para pembinanya, pada usia ini anak belum memiliki kebiasaan untuk menentang dan melanggar perintah. Pada masa ini anak masih belum memiliki keinginan yang kuat untuk menentang dan melanggar.

Baca Juga :  Trik Memecah Kebekuan di Ruang Kelas

Oleh karena itu, jika seorang anak ketika di masa kanak-kanak telah terbiasa dengan suatu perkara yang baik ataupun buruk, maka akan terbiasa dan hal ini tidak mudah untuk dihilangkan. Jika di masa kanak-kanaknya ia mendapat kebiasaan baik dan terpuji, maka kebiasaan ini akan senantiasa melekat pada dirinya, bahkan akan senantiasa bertambah kuat.

Namun bila kita membiarkan begitu saja anak pada masa ini kita biasakan hidup tanpa aturan dan tata tertib, maka pertumbuhan anak di masa yang akan datang tidak dapat menjadi baik, malah sebaliknya.

Akan tetapi lingkungan juga mempengaruhi perkembangan pribadi, baik lingkungan alami atau lingkungan yang diciptakan untuk membentuk pribadi-pribadi anak-anak yang masing-masing memiliki cara yang berbeda-beda, pekembangan pribadi setiap individu berbeda-beda sesuai dengan pembawaan dan lingkungan tempat mereka hidup dan dibesarkan. Dalam lingkungan keluarga jika anak diperlakukan secara adil dan bijak, maka di dalam lingkungan luar, ia akan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Sekarang kita dapat mengerti mereka adalah anak-anak yang berjiwa anak-anak. Dunia mereka pun berbeda dengan dunia yang kita jalani. Jadi dapat kita renungkan bahwa masa kanak-kanak juga perlu mendapatkan didikan karakter agar mereka hidup dengan baik di masa yang akan datang.

 

*Narwan, S.Pd

Guru SD Negeri Jogomulyo, Kecamatan Tempuran,

Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah.

Apa Tanggapan Anda ?