SURABAYA – Perwakilan dari Indonesia mengirimkan beberapa wakilnya dalam ajang Gottingen Model United Nation (GoMUN) di Jerman. Peserta dari berbagai negara menyimulasikan konferensi Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk membahas suatu persoalan. Delegasi mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jawa Timur tampil menyimulasikan konferensi dan akhirnya berhasil meraih Best Position Paper.
Tahun ini, badan PBB yang dikompetisikan dalam GoMUN diantaranya Disarmament and International Security Council (DISEC), Human Rights Council (UNHRC), United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), North Atlantic Treaty Organization (NATO), dan Futuristic Security Council as a Crisis Committee (UNSC).
Perwakilan dari Indonesia Agustinus Kurniawan Ady Sulistyo dari ITS meraih prestasi dalam kategori Best Position Paper di GoMUN di Campus of the Georg-August-University of Gottingen. Di GoMUN, topik dari UNSC adalah European Separatist Movement, di mana gerakan separatis di Spanyol makin merajalela. Yoyok sebagai Security Council harus mempertimbangkan banyak cara agar mendapat solusi dari masalah tersebut.
“Saya sendiri berperan sebagai Emily Thornberry, Perdana Menteri United Kingdom (UK) pada saat itu,” kata Yoyok.
Sulitnya menjadi delegasi UK, menurut Yoyok, pada saat itu proses Brexit (Britain Exit) selesai dan perekonomian UK kurang bagus. Maka dari itu, Yoyok harus belajar dan melakukan riset lebih untuk meningkatkan kekuatan ekonomi dan stabilitas politik di UK supaya tidak terpengaruh dengan konflik separatis di Uni Eropa.
Brexit sendiri merupakan peristiwa keluarnya Inggris dari Uni Eropa. Saat diskusi, ada hal menarik yang dialami oleh Yoyok.
“Karena saya memerankan karakter wanita jadi saya dipanggil Miss Thornberry. Waktu ada delegasi yang nyebut nama saya di pidatonya, dia malah tertawa sampai waktunya habis,” ungkap mahasiswa asal Jakarta tersebut mengenang peristiwa unik yang dialaminya selama kompetisi.
Ketika ditanya soal hambatan, Yoyok bercerita. “Di Indonesia saya termasuk punya badan gede, jadi kalau lomba nasional mungkin agak mengintimidasi. Tapi kalo di GoMUN, saya cowok paling pendek, jadi saya yang terintimidasi,” kelakar mahasiswa Departemen Teknik Mesin tersebut.
Tak sia-sia, perjuangannya membuahkan hasil. Ia meraih Best Position Paper mengalahkan sekitar 130 peserta dari 14 negara berbeda. Dalam position paper, yang paling penting adalah cara pandang dan solusi diplomatis yang ditawarkan yang sesuai dengan negara masing-masing.
“Kebetulan solusi yang saya tawarkan hampir semua diimplementasikan sebagai solusi committee, jadi bisa jadi nilai tambah juga,” urainya.
Setelah kompetisi ini, Yoyok berpesan agar selalu fleksibel sebagai mahasiswa. Jangan ragu-ragu untuk menambah nilai jual dengan menambahkan skill-skill baru secara tekun.
“Dan jangan takut mengambil kesempatan yang ada,” tandasnya.