Siedoo.com -
Daerah

Teks Sastra Mempunyai Kekuatan Mempengaruhi Pikiran

SEMARANG – Para mahasiswa yang hadir di Gedung Kuliah Bersama Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang, Jawa Tengah berhenti mendengarkan penjelasan dari narasumber. Hanafi salah satu mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) yang berasal dari Kalimantan Tengah, menyampaikan beberapa hal di tengah para hadirin.

Ia mengungkapkan kegundahannya kepada narasumber, bahwa dia tiba-tiba mengimajinasikan sekumpulan awan di langit sebagai Allah setelah membaca sastra yang dia baca di kapal, pada saat mudik ke kampung halaman. Dia pun merasa takut karena sudah berani mengimajinasikan Allah setelah membaca karya sastra. Dia kemudian tidak berani meneruskan membaca karya sastra tersebut.

Suasana itu terekam saat acara acara Kuliah Pakar “Literasi Sastra Lokal sebagai Upaya Meningkatkan Nilai Pendidikan dan Karakter bagi Mahasiswa” yang diisi Guru Besar Sastra dari Universitas Negeri Semarang Prof. Dr. Agus Nuryatin, M. Hum. Kegundahan mahasiswa tersebut kemudian ditanggapi langsung Nuryatin dengan santai.

Bahwa memang teks sastra mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi pikiran seseorang atau pembacanya. Tentunya hal itu, jika pembaca dapat memahami pesan yang disampaikan penulis dengan baik pula.

“Itulah mengapa karya sastra dapat mengubah karakter seseorang dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar untuk mengajarkan atau membentuk watak siswa. Sesuai yang tercantum pada Passal 3 UU Sisdiknas tentang Pendidikan Karakter,” jelas Nuryatin.

Menurut Dekan FBS Unnes itu, mahasiswa PBSI Unissula adalah santri yang ada di kampus, sehingga kental dengan nilai-nilai islami. Nilai-nilai islami tersebut dapat diaplikasikan dalam sastra lokal maupun sastra pesisir, seperti puji-pujiaan dan lagu Lir Ilir yang diilhami dari Alquran dan hadis. Dulu, lagu Lir Ilir digunakan Sunan Kalijaga untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat tentang ajaran Islam.

Baca Juga :  Ikuti Info dari Intel, SMK Muhammadiyah 2 Muntilan Rancang Smart Motor

Nuryatin pun mengajak seluruh mahasiswa untuk menyanyikan bersama lagu Lir Ilir tersebut. Selanjutnya ia berpesan agar mahasiswa PBSI Unissula dapat meningkatkan budaya literasi sastra lokal maupun sastra pesisir, dengan tema-tema religius sebagai bentuk internalisasi nilai-nilai islami pada kaya sastra.

Hal tersebut juga dapat menjadi ciri khas karya sastra mahasiswa dari Prodi PBSI, Unissula. Menurutnya, sastra yang kental dengan nilai-nilai religius dapat menjadi katarsis yang dapat membersihkan batin pembacanya. Sehingga, dapat mengubah karakter dalam dirinya.

“Sastra dapat mengubah karakter seseorang asalkan mempunyai literasi yang baik. Yaitu, tidak sekedar membaca, tetapi juga dapat menghayati dan mengaplikasikan dalam kehidupannya,” urainya.

Sebagai penutup, Nuryatin menyampaikan bahwa nilai karakter dapat secara masif tertanam pada masyarakat melalui media sastra lokal. Adapun sastra lokal pesisir mempunyai potensi kuat sebagai penanaman nilai karakter, karena merupakan metamorfosis kitab-kitab keagamaan yang membahas segala hal kehidupan dengan nilai-nilai keagamaan. Hal tersebut cocok sekali jika dilakukan mahasiswa Prodi PBSI Unissula.

Sementara itu, saat acara berlangsung tidak hanya mahasiswa Prodi PBSI, bahkan sebagian dari Prodi PGSD yang gemar akan sastra sangat antusias mengikuti kuliah pakar yang dilaksanakan di Gedung Kuliah Bersama Unissula. Sebagai prodi pencetak pendidik profesional, Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Unissula tidak hanya menyelenggarakan kuliah dengan dosen pengampu saja. Tetapi juga dengan pakarnya.

Bahkan, untuk mendalami sastra, Prodi mengundang secara khusus Guru Besar Sastra dari Universitas Negeri Semarang itu.

“Hal ini bertujuan agar mahasiswa sebagai calon guru, paham benar tentang sastra. Sehingga, pada saat menjadi guru nanti dapat mengajarkan sastra dengan baik kepada siswanya,” jelas Kaprodi PBSI Unissula Evi Chamalah, M. Pd.

Apa Tanggapan Anda ?