Siedoo.com -
Opini

Strategi Kamar Rahasia, Penguatan Karakter Mandiri Anak

Siedoo, SEBERAPA mandirikah anak (usia dini) kita? Setiap orang tua menginginkan anak yang mandiri. Menjadi mandiri membutuhkan proses yang panjang dan stimulasi yang tepat.

Ketidakmandirian anak usia dini salah satu faktor penyebabnya adalah pola asuh yang cenderung memanjakan anak/serba dilayani. Seperti tentang keperluan buang air misalnya. Orang tua akan cenderung memberikan bantuan penuh karena tidak mau repot, takut tidak bersih dan alasan lain.

Perihal “Toilet Training” ini memang seringkali menjadi sesuatu yang tidak diperhatikan. Orang tua lebih sibuk melatih anak calistung, ataupun mengikutkan anak dalam kegiatan yang bisa untuk “show up”.

Tingkat kemandirian anak di PAUD IT Asy Syaffa 2, Kota Magelang, Jawa Tengah yang beragam, mendorong pendidik untuk membuat strategi yang bisa melatih kemandirian anak lewat pembiasaan. Dalam hal toilet training misalnya.

Kalau metode/strategi yang dipakai tidak tepat, maka tidak akan menunjukkan hasil yang maksimal, seperti yang kita inginkan. Yaitu anak mampu memenuhi kebutuhan “ke toilet” sendiri (dengan bantuan minimal ).

Strategi yang dipakai adalah strategi “kamar rahasia” yang didalamnya memuat tentang adab dan cara ke dan saat di toilet. Strategi ini bagus dipraktekkan saat awal tahun ajaran. Terutama karena pendidik butuh cara untuk mengkondisikan anak dikelas.

Adapun langkah-langkah dari strategi Kamar Rahasia adalah sebagai berikut:

  1.  Mengenalkan kepada peserta didik dimana letak kamar rahasia.
    bisa ditempuh dengan kegiatan yang menyenangkan. Misalnya berbaris membuat kereta sambil bernyanyi dan sebagainya (menyesuaikan dengan kondisi kelas).
  2. Mengenalkan perlengkapan apa dan cara menggunakannya dengan benar (gayung,shower,sabun,dll).
  3. Mengenalkan adab ke kamar rahasia
  • doa
  • masuk dengan kaki kiri
  • keluar dengan kaki kanan
  • jongkok (meskipun laki-laki)/jika yang didalam adalah kloset jongkok.
Baca Juga :  Tepatkah Pendidikan Multikultural di Indonesia?

Point ke 3 ini akan memudahkan untuk dipahami anak usia dini karena dipraktekkan di kamar rahasia/toilet.

4. Dalam kurun waktu tertentu beri kesempatan kepada anak untuk memenuhi kebutuhan buang air (dengan bertanya) karena ada sebagian anak yang lebih memilih “menahan” dengan berbagai alasan disini menuntut kepekaan pendidik ataupun orang tua.

5. Beri kesempatan kepada anak usia dini untuk ke kamar rahasia sendiri (dengan pengawasan).

6. Cek “kamar rahasia” setelah anak selesai, kebersihan, dan sebagainya. Ini penting karena untuk mengukur sejauh mana keberhasilan anak usia dini menyelesaikan dan menguasai “toilet training” dan bisa sebagai acuan pendidik untuk memberikan pijakan selanjutnya.

7. Komunikasikan sejauh mana keberhasilan anak ataupun “kekurangan” anak dalam hal toilet training dengan orang tua/sebaliknya dari orang tua ke pendidik.

Sudah tidak jaman bangga karena anak usia dini bisa calistung. Banggalah ketika anak usia dini menguasai toilet training dengan baik.

 

*Nurhidayati

Pendidik di PAUD Asy Syaffa 2, Kota Magelang, Jawa Tengah.

Apa Tanggapan Anda ?