Siedoo.com -
Nasional

Harapan Baru Dunia Pendidikan, Kuliah Online Lebih Murah

JAKARTA – Mencari atau lewat jalur beasiswa saat hendak melanjutkan perguruan tinggi negeri, terkadang menjadi alasan tersendiri bagi yang memiliki kantong pas-pasan. Bila itu tidak didapat, maka dengan biaya yang tinggi untuk masuk di perguruan idaman, menjadi sirna sudah. Ini karena murah dan mahal dalam studi menjadi pertimbangan tersendiri, ditimbang matang-matang.

Akan ada alternative untuk melanjutkan pendidikan dengan biaya lebih murah. Pilihannya, kuliah lewat sistem jarak jauh secara online atau daring.

Kini, Pemerintah semakin gencar mengembangkan kuliah online. Sebab pemerintah menjamin kuliah online bisa memangkas uang kuliah.

Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan, dengan teknologi yang memudahkan kuliah di mana saja dan kapan saja, bisa memangkas uang kuliah hingga 50%.

“Dengan PJJ (Pendidikan Jarak Jauh) uang kuliah bisa ditekan hingga 50%. Mahasiswa yang SPPnya Rp 5 juta bisa dipotong menjadi Rp 2,5 juta,” katanya sebagaimana ditulis sindonews.com.

Ditandaskan, pendidikan tinggi ke depan akan menawarkan banyak pilihan model pembelajaran. Mulai dari face to face, online learning, hingga blended learning.

Saat ini, angka partisipasi kasar atau APK pendidikan tinggi baru 31,5%. Kenyataannya, jika pembelajaran hanya diterapkan secara konvensional, peningkatan APK hanya berkisar di 0,5% per tahun.

Namun dengan terobosan PJJ ini, diharapkan APK pendidikan tinggi mampu melesat mencapai 40% di tahun 2022-2023, asalkan PJJ dapat diakses oleh lebih banyak orang dan secara efektif diterapkan.

Ditarget 400 Perguruan Tinggi Terapkan Kuliah Online

Pemerintah menargetkan ada 400 perguruan tinggi baik yang berstatus negeri dan swasta akan mulai menjalankan kuliah online. Seleksi perguruan tingginya akan dilakukan berdasarkan kesiapan infrastrukturnya.

Muhamad Nasir menganggap penting adanya kuliah online, sebab dengan teknologi, maka satu dosen bisa mengajar seribu mahasiswa. Sehingga Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan tinggi yang saat ini baru 35 % bisa naik.

Baca Juga :  Kementerian Sorot Banyaknya Lulusan Guru yang Menganggur

Dijelaskan, regulasi kuliah daring yang baru ialah perguruan tinggi yang mau melaksanakan kuliah daring harus bekerjasama dulu dengan kampus yang sudah berpengalaman menjalankan kuliah pendidikan jarak jauh ini. Dia menyebut, Universitas Terbuka, Universitas Bina Nusantara, Politehnik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) dan Universitas Amikom Yogyakarta.

Ditandaskan, pemerintah tidak akan membatasi perguruan tinggi yang mau menjalankan kuliah daring dari status akreditasinya. Nantinya jika mereka mau bekerjasama dengan kampus lain, maka Kemenristekdikti akan mengeluarkan sertifikat bagi mata kuliah yang akan didaringkan.

Menurut dia, persiapan pertama ialah infrastruktur, sebab kuliah daring memerlukan internet. Selain itu perlunya kerjasama dengan kampus yang sudah menggunakan daring, agar nilai mata kuliah dengan sistem transfer kreditnya diakui.

Berbeda dengan Universitas Terbuka

Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti Intan Ahmad menjelaskan, perkuliahan daring berbeda dengan kuliah yang diselenggarakan Universitas Terbuka. Menurut dia, perkuliahan daring bisa mengintegrasikan mata kuliah antarkampus.

“Jadi misalnya, ITB membuka mata kuliah yang diambil mahasiswa UI. Mata kuliah tersebut nantinya bisa diambil untuk kredit di UI,” kata Intan sebagaimana ditulis pikiranrakyat.com

Ia menegaskan, perkuliahan konvensial tetap penting dan tidak akan dihilangkan meskipun pelaksanaannya akan mulai berkurang. Di Indonesia, kalau memakai cara tradisional akan jalan terus, tapi perlu ditingkatkan kualitasnya.

“Program kuliah online ini akan menyasar mahasiswa dan calon mahasiswa. Dengan online, seorang dosen bisa mengajar di beberapa tempat secara bersamaan. Kualitasnya bisa dijaga. Mereka dibantu asisten-asisten yang baik,” kata Rektor Universitas Negeri Jakarta ini.

Direktur Jenderal Kelembagaan Kemenristekdikti Patdono Suwignjo menambahkan bahwa kecakapan dan visi rektor dalam menyambut era disrupsi TIK menjadi hal yang paling mendasar. Menurut dia, pemimpin perguruan tinggi harus mulai mengidentifikasi mata kuliah apa saja yang akan tetap diajarkan dan harus segera ditinggalkan.

Baca Juga :  Seleksi P3K Kemenag Mendadak Ditunda, Mengapa?

“Lalu kemampuan para dosennya untuk merubah materi kuliah yang face to face menjadi materi kuliah yang distance learning. Kalau ada dosennya, saat dia menjelaskannya kurang bagus, mahasiswanya bisa bertanya. Kalau distance learning kan tidak ada dosennya. Maka materi pembelajarannya harus lebih lengkap dan jelas daripada materi pembelajaran face to face,” katanya.

Bidik Mahasiswa Luar Negeri

Wakil Rektor UMY bidang Akademik Dr Sukamta, S.T., M.T. mengatakan layaknya blend learning maupun PJJ atau ODL, Kuliah Dalam Jaringan merupakan sistem perkuliahan yang berlangsung secara online dengan frekuensi tatap muka yang jarang. Atau bahkan tanpa tatap muka secara langsung.

“Hal ini merupakan langkah UMY dalam menghadapi era modern untuk mengikuti perkembangan zaman di masa depan,” ujarnya sebagaimana ditulis dalam laman umy.ac.id.

Sukamta menjelaskan, kuliah daring ini merupakan agenda persiapan bagi pejabat struktural dan khusunya dosen UMY yang di masa depan akan menjadi tokoh utama dalam proses perkuliahan daring tersebut.

“Kuliah daring sebagai salah satu cara UMY sebagai kampus muda mendunia. Harapanya di masa depan nanti timeline e-learning UMY sudah bisa di akses oleh berbagai mahasiswa dari setiap penjuru dunia. Yang kemudian menjadikan kuliah daring sebagai jembatan bagi dosen-dosen UMY untuk memiliki mahasiswa dari luar negeri. Sehingga, UMY bisa menjadi kampus kelas dunia,” harapnya.

Apa Tanggapan Anda ?