MAGELANG – Jangan menyepelekan daun jati dan daun rambutan yang jatuh berserakan di tanah. Melalui penelitian yang panjang, daun ini bisa dimanfaatkan untuk pengembangan tenaga surya.
Dari hasil penelitian dalam daun jati, rambutan dan filisum terdapat pigmen yang bisa menggantikan ruthenium yang selama ini dipakai untuk pewarna tenaga surya. Pewarna pada tenaga surya berfungsi untuk menyerap sinar matahari yang kemudian diubah menjadi energi listrik. Di Indonesia, kebanyakan masih memakai tenaga surya generasi ke 1 dan ke 2 dengan sumber monokristalin yang sulit dikembangkan.
“Pigmen alami yang terdapat dalam daun itu adalah antosianin dan karotenoid yang bisa dipakai untuk pewarna tenaga surya, pengganti rutenium,” kata salah satu siswa SMA Taruna Nusantara Magelang, Jawa Tengah Muhammad Firman Nurudin.
Siswa kelas XII ini otaknya cukup encer. Ia berhasil menemukan manfaat daun jati yang tidak terduga. Zat di dalam daun dapat dimanfaatkan untuk pewarna tenaga surya, pengganti rutenium.
“Rutenium adalah senyawa kimia komplek hasil tambang yang tidak ada di Indonesia. Selama ini kita impor dan harganya mahal,” ungkapnya.
Siswa kelahiran 22 Juli 2001ini mengaku, awal penelitian daun sebagai sumber energi tenaga surya, sempat menemui kendala. Itu karena sulit dikembangkan dan belum ada teknologinya. Setelah diajukan ke LIPI dan diterima, grade penelitian diturunkan hanya memanfaatkan pigmen daun saja.
“Akhirnya diturunkan gradenya, menggunakan pigmennya daun saja,” jelasnya.
Penelitian ini mewakili Indonesia di kancah International Conference of Young Scientists (ICYS) di Belgrade, Serbia, 19-25 April 2018 untuk kategori Environmental Science. Ia mampu membawa pulang medali emas.
Penelitian limbah daun jati dan rambutan menjadi material pendukung teknologi tenaga surya (solar cell). Dalam ICYS 2018 itu, anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Nur Salim (44) dan Nurul Hidayah (43) tersebut menyisihkan 435 peserta dari 35 negara di dunia.
Dibimbing oleh seorang guru dan Kelompok Penelitian Cell Surya LIPI, proses penelitian berlangsung selama satu tahun. Firman memilih meneliti beberapa jenis daun untuk dijadikan bahan pewarna karena terinspirasi dari banyaknya limbah daun yang tidak termanfaatkan.
“Ketiga daun ini memiliki warna khas dan saya mencoba, apakah limbah ini bisa dijadikan pewarnaan tenaga surya generasi ketiga. Ternyata bisa,” urainya.
Prestasi yang dimiliki Firman tidak muncul begitu saja. Remaja yang bercita-cita menjadi ilmuwan di bidang Environmental Science dan Oceanografi ini memiliki prestasi akademik sejak Sekolah Dasar dan berlanjut saat ia duduk di bangku SMPN 2 Kota Magelang. Bahkan, ia masuk ke SMA TN dengan mendapat beasiswa dari BUMN Pelindo dan Ikatan Alumni SMA TN.
Sementara itu, prestasi yang diraih Firman mendapatkan apresiasi dari sekolah. Prestasi tersebut dinilai tidak lepas dari sikap disiplin dan kreatif.
“SMA Taruna Nusantara sudah 28 tahun membuktikannya dengan menghasilkan banyak siswa dan alumni yang berprestasi. Meskipun disiplin dan aturan-aturan yang ada sangat ketat,” ujar Kepala SMA Taruna Nusantara Brigadir Jenderal TNI (Purn) Soebagio.