Siedoo.com - Larutan pembasmi tungau dari biji sirsak.
Inovasi

Gagasan Mahasiswa Berantas Hama Krepes di Jamur Kuping

Siedoo, Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan tubuh menyebabkan meningkatnya kebutuhan jamur kuping (auricularia polytricha) di Indonesia. Sehingga kesenjangan produksi dan konsumsi menyebabkan nilai produktivitas kurang optimal yang mengharuskan impor jamur kuping dari luar negeri.

Kesenjangan tersebut disebabkan produksi pengaruhi oleh cuaca buruk dan penyakit tanaman dan serangan hama. Salah satu penyakit jamur kuping adalah krepes yang disebabkan oleh tungau. Belum ada obat untuk menyembuhkan penyakit tersebut.

Gejala yang terjadi karena serangan tungau krepes antara lain terdapat koloni bening pada miselium bibit jamur. Kemudian tungau berkembang pada tubuh buah dan cairan di tubuh buah diserap oleh tungau ini sehingga menyebabkan gagal panen.

Pembasmian tungau yang telah dilakukan dengan pestisida sintetik namun dapat mengancam keseimbangan ekosistem. Dan juga pestisida dapat diserap oleh jamur, sehingga dapat menurunkan kualitas jamur kuping ini. Dengan demikian diperlukan pembasmian dengan cara yang ramah lingkungan seperti pestisida alami dengan bioakarisida.

Salah satu caranya dengan memanfaatkan ekstrak biji sirsak sebagai pemberantas hama krepes di jamur kuping seperti yang digagas oleh sekelompok mahasiswa FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yaitu Fatimah Nur Qomariah dan Lutfiah Nur Hidayah prodi biologi, Driliani Kharismaningtias dan Nur Wakhidah prodi pendidikan biologi serta Lilis Risma Putri prodi matematika.

“Di Indonesia keberadaan sirsak cukup banyak namun belum dimanfaatkan secara maksimal. Pengonsumsian buah sirsak umumnya hanya diambil bagian daging buahnya, sedangkan biji sirsak dibuang,” kata Fatimah Nur Qomariah.

Padahal, di dalam biji sirsak terkandung berbagai macam senyawa yang bermanfaat bagi kehdupan manusia. Biji sirsak sebagai bioakarisida digunakan sebagai insektisida alami karena mengandung anomuricin, annonacin, anomurine, atherospermine, caclourine, cohibin, panatellin, xylomaticon, reticuline, sabadelin, dan solamin.

Baca Juga :  Inovatif, Dua Mahasiswa Unjani Ciptakan Baterai Ramah Lingkungan

Biji sirsak juga dapat menjadi insektisida dan larvasida, untuk penolak serangga dan sebagai racun kontak dan perut serangga. Lutfiah Nur Hidayah menambahkan biji sirsak terbukti dapat mengurangi jumlah caplak pada sapi. Hal tersebut menunjukkan bahwa biji sirsak dapat dimanfaatkan sebagai akarisida.

“Zat alkaloid yang terkandung dalam biji sirsak seperti annonain, mauricine, dan mauricinine yang berfungsi sebagai antifeedant dan insektisida juga bersifat sama terhadap caplak dan tungau,” ujar Lutfiah.

Mereka meneliti biji sirsak untuk mengetahui potensinya dalam mengatasi tungau penyebab penyakit krepes pada jamur kuping. Untuk diketahui, jamur kuping (Auricularia polytricha) merupakan spesies jamur yang yang termasuk dalam kelas basidiomycetes dan memiliki kandungan gizi serta nilai ekonomi tinggi. Jamur kuping merupakan jamur edibel yang dapat dikonsumsi di Indonesia dan digunakan sebagai campuran sayuran pada masakan.

Jamur kuping yang diujicobakan.

Nutrisi yang terkandung jamur kuping per 100 gram seperti asam lemak 0,73 gram, energi 284 kkal, protein 9,25 gram, karbohidrat 73 gram, vitamin B6 0,112 mg dan kalsium 159 mg. Jamur kuping juga mengandung polisakarida dan proteoglycans yang dapat sebagai antioksidan, antivirus, antitumor, bahkan melindungi jantung.

Driliani Kharismaningtias menjelaskan alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bejana maserasi, corong bushner, kertas saring, rotary evaporator, gelas ukur, lup, pipet tetes, tisu, masker, sarung tangan. Sedangkan bahannya etanol 96%, aquades, boglog jamur kuping dan biji sirsak. Bagian tanaman sirsak yang digunakan adalah biji sirsak karena sudah tidak dibutuhkan dan cenderung dibuang. Sampel biji sirsak sebanyak 1.000 g dicuci untuk menghilangkan sisa-sisa daging buah yang masih menempel pada biji.

Setelah dibersihkan kemudian dipotong-potong dan dikeringkan. Pengeringan dilakukan untuk mengurangi kadar air dalam biji sehingga diharapkan pada proses ekstraksi berlangsung cepat. Proses pengeringan menggunakan oven kemudian diblender untuk memperluas permukaan sehingga mempermudah pada proses ekstraksi dan menghasilkan ekstrak yang banyak.

Baca Juga :  Rektor UNY : Mahasiswa Baru, Minimal Ikut Satu UKM

Pembuatan ekstrak biosakarida diawali dari biji sirsak yang sudah dihaluskan kemudian dilarutkan dalam senyawa non polar yaitu etanol 96% sampai serbuk terendam semua pada bejana maserasi. Perendaman dilakukan pada suhu kamar hingga 24 jam. Setelah 24 jam, hasl maserasi disaring menggunakan corong dan dialasi kertas saring. Selanjutnya diuapkan pada evaporator untuk dihasilkan ekstrak murni biji sirsak.

Konsentrasi yang digunakan untuk pengujian terhadap tungau adalah 0%, 15%, 30%, 45%, dan 60%. Pengujian terhadap tungau penyebab penyakit krepes pada jamur kuping dilakukan dengan menyemprotkan ekstrak biji sirsak dengan konsentrasi 0%, 15%, 30%, 45%, dan 60% pada baglog jamur kuping dengan 3 kali pengulangan.

Hasilnya dipaparkan Nur Wakhidah dimana ekstrak biji sirsak dapat digunakan sebagai pembasmi hama tungau penyakit krepes hingga hari ke-4 perlakuan, dengan konsentrasi optimal pada larutan 60%. Karya ini berhasil meraih dana Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Riset Eksakta tahun 2021 dan meraih medali perunggu dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas). (*)

Apa Tanggapan Anda ?