TANGERANG – Sebagai sekolah inklusi, Sekolah Cikal Serpong melalui Pendidikan Inklusi Cikal (PIC) melakukan sesi pembelajaran Drive-Thru di sekolah untuk mengambil paket pendamping belajar (Learning Kit) sesuai dengan program yang dipilih oleh murid dengan kebutuhan khusus. Kegiatan ini tak hanya bertujuan untuk membangun keterlibatan, melainkan juga kepercayaan, serta keterikatan bermakna dalam proses belajar.
Vitriani Sumarlis, M. Si., Psikolog, Wakil Kepala Kurikulum Pendidikan Inklusi Cikal menjelaskan bahwa secara tampilan, kegiatan ini memang sederhana. Namun, secara esensial bermakna bagi anak-anak berkebutuhan khusus.
“Meskipun kegiatan yang dilakukan ini tergolong sederhana dari sederhana menyapa anak, dan memberi learning kit, serta berkegiatan dari dalam kendaraan murid dengan melihat gurunya menjelaskan sesuatu dan menampilkan sesuatu. Proses belajar ini bisa dirasakan oleh anak berkebutuhan khusus,” katanya.
Membangun keterlibatan dalam proses belajar bagi anak-anak berkebutuhan khusus membutuhkan kolaborasi yang tepat antara murid, orang tua, dan juga pendidik atau guru. Kegiatan belajar secara drive-thru ini menjadi opsi pembelajaran bermakna bagi orang tua murid dengan anak berkebutuhan khusus dan tentu bagi murid dengan kebutuhan khusus dalam proses belajar.
“Kegiatan ini dapat dilihat secara lebih spesifik pada proses belajar bagi anak dengan kebutuhan khusus. Di sesi ini, terdapat kepercayaan (trust), kedekatan antara murid dan gurunya,” bebernya.
Dengan demikian, guru akan senantiasa terhubung dengan murid. Selain itu, apabila murid menjalankan proses belajar dengan cara ini mereka bisa berinteraksi dengan guru seperti apa.
Vitriani yang merupakan Wakil Kepala Kurikulum Pendidikan Inklusi Cikal menambahkan penjelasan dengan memberikan penekanan pada nilai atau makna keterlibatan dari proses belajar secara drive-thru atau drive-in bagi anak berkebutuhan khusus itu sendiri. Semakin dekat dengan lingkungan belajar, semakin mudah membangun koneksi, baik itu melalui kegiatan drive-thru atau drive-in, murid itu akan “hadir” walau dari mobil.
“Keterlibatan (Engagement) itu diperlukan bagi anak dengan kebutuhan khusus. Kalau ada engagement maka proses belajar akan lebih mudah. Karena terkoneksi, proses pembelajaran yang nyata (hands-on) bisa dirasakan oleh anak berkebutuhan khusus,” jelasnya.
Sementara itu, Pengampu Program Sosial Studies Functional bagi Anak Berkebutuhan Khusus Ari Budi Kusumastuti menguraikan, kegiatan drive-thru yang dilakukan juga diisi dengan kegiatan menulis surat kepada guru dan teman. Yaitu, melalui papan infraboard untuk membangun dimensi komunikatif dalam diri anak berkebutuhan khusus.
“Selain pembagian learning kit ke murid-murid, terdapat pula kegiatan penulisan surat kepada guru dan teman-teman. Kita mengundang anak-anak untuk menuliskan dan menempelkan di infra board,” tandasnya. (Siedoo)
MAGELANG, siedoo.com - Aksi Bela Palestina dan Kutuk Israel digelar 172 Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah (PTMA) se-Indonesia. Termasuk di dalamnya…
SURABAYA, siedoo.com - Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) turut berpartisipasi dalam perhelatan akbar Periklindo Electric Vehicle Show (PEVS) 2024, sebuah…
MAGELANG, siedoo.com - Tim Dosen dari Universitas Muhammadiyah Magelang (UNIMMA) telah mengembangkan teknologi metaverse untuk digitalisasi pariwisata desa. Platform ini merupakan…
MAGELANG, siedoo.com - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Magelang menyelenggarakan kegiatan 'Gelar Karya Pendidikan' mulai tanggal 2 hingga 4…
BANDUNG, siedoo.com - Tim Kampus Mengajar angkatan 7 SDN Pamujaan, Bandung berkolaborasi dengan Hima FKIP Ma’soem University mengadakan kegiatan Festival Pendidikan, Kamis…
SURABAYA, siedoo.com - Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) sebagai salah satu pusat Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) untuk Seleksi Nasional…