Siedoo, Bentuk cinta tanah air ada berbagai macam, seperti ibadah yang baik, taat terhadap orang tua, ataupun toleransi terhadap sesama teman. Namun yg paling utama adalah pendidikan karakter. Untuk mengisi kemerdekaan ketika pandemi ini, peran penting dipegang oleh orang tua karena semua aktivitas anak terpusat di rumah bersama keluarga, terutama orang tua.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Magelang menghimbau kepala sekolah untuk menyampaikan anjuran kepada siswanya berkaitan dengan menonton film perjuangan dalam mengisi hari kemerdekaan. Kemudian siswa juga diharapkan memberikan pendapatnya masing-masing. Film perjuangan yang dimaksud juga sudah disertakan dengan rekomendasi beberapa judul. Agar siswa lebih mudah ketika akan menonton.
Anjuran menonton film perjuangan ini adalah salah satu bentuk dalam meningkatkan rasa nasionalisme dalam diri siswa. Harapannya dengan beberapa rekomendasi film tersebut siswa akan tergerak hatinya untuk lebih bertekad kuat dalam mencintai tanah air Indonesia.
Nasionalisme melingkupi hal yang luas, yaitu rasa mencintai bangsa dan tanah air untuk dikembangkan dan dikenal bangsa-bangsa lain hingga menghasilkan nilai tambah bagi Indonesia. Jangan sampai negara dijajah kembali, karena di era modern ini penjajah itu melingkupi semua lini, baik sosial, ekonomi, budaya, maupun teknologi.
Jiwa nasionalisme dapat ditumbuhkan dari banyak aspek, misal dari mencintai produk-produk dalam Negeri ataupun menggunakan bahasa daerah sebagai bentuk melestarikan budaya. Rasa nasionalisme tidak memiliki akhir, ia harus terus berkembang menyesuaikan perkembangan jaman.
Jangan seperti katak dalam tempurung, yang mana tidak mau menerima budaya atau teknologi dari luar. Semua hal dari negara lain yang menjurus kepada hal positif boleh saja diadopsi, namun harus tetap disaring dengan baik. Apakah sesuai atau tidak dengan kultur masyarakat Indonesia.
Teknologi merupakan salah satu aspek yang dapat diartikan sebagai pedang bermata dua. Disatu sisi itu adalah hal yang kita butuhkan, disatu sisi ada pula yang tidak sesuai sehingga perlu ditolak. Filter nomor satu untuk menyortir hal tersebut adalah akhlak dan iman.
Akhlak dan iman tersebut ditumbuhkan pada anak dimasa usia golden age. Dimana anak-anak diusia ini masih berada dalam pantauan orang tua masing-masing.
Golden age adalah rentang usia 0-6 tahun. Pada usia inilah orang tua perlu mengajarkan tentang karakter dan juga rasa cinta tanah air sejak anak usia dini.
Karena tanpa peran serta anak-anak, masyarakat dan orang tua, program-program pemerintah dalam meningkatkan rasa nasionalisme warganya tidak akan berhasil.
Jiwa nasionalisme pada dasarnya adalah akhlak. Selama akhlak atau karakter itu bagus dan sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia maka jiwa nasionalisme akan mudah ditumbuhkan.
Dalam masa pandemi yang tengah terjadi ini anak-anak harus tetap semangat. Semangat untuk eksis dan semangat belajar, walaupun dengan segala keterbatasan yang ada. Karena tanpa semangat maka sama saja menutup semua kesempatan.
Rasa empati juga perlu dikembangkan, terutama disaat pandemi ini. Untuk membangun rasa empati dan toleransi, tugas ini kembali kepada pendidikan orang tua. Perwujudan rasa empati ini akan meminimalisir kesulitan yang dihadapi sebagian besar masyarakat.
Penanaman moral yang baik sejak dini oleh orang tua merupakan investasi besar bagi suatu bangsa. Nasionalisme juga berupa jati diri, dimana jati diri ini harus kuat dipegang teguh.
Kesimpulannya adalah dalam meningkatkan jiwa nasionalisme dimulai dari keluarga, masyarakat, dan sekolah. Tiga lini kehidupan ini memiliki kaitan erat dengan pendidikan karakter dan akhlak yang menjadi salah satu faktor terpenting dalam nasionalisme. (prokompim/kotamgl)
*Kustomo, S.Pd. M.Pd.
Plt. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Magelang, Jawa Tengah