Inovasi

Limbah Kertas Disulap Jadi Bahan Baku Industri Bernilai Tinggi

Siedoo, Mahasiswa dari Indonesia berpikir keras bagaimana caranya untuk mengatasi limbah kertas HVS yang ada di masyarakat. Beberapa kali menggelar diskusi dengan teman dan dosen, akhirnya tim mahasiswa mampu menemukan sebuah inovasi baru. Mahasiswa menginisiasi daur ulang limbah kertas HVS menjadi asam oksalat yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan industri.

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi terobosan dan inovasi baru dalam peningkatan nilai limbah kertas HVS dan meminimalisir pencemaran lingkungan akibat pengelolaan limbah yang tak ramah lingkungan.

“Harapannya produk asam oksalat ini dapat memenuhi kebutuhan industri dalam negeri,” kata Linaniyyatul Masruroh, salah satu mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jawa Timur.

Ia merupakan ketua tim. Adapun rekan setimnya yakni Adik Roni Setiawan, Asalina Putri Agung Shaliha, M Yosi Kurniawan, dan Seren Fegrita Septia Karya. Mereka mengolah limbah kertas HVS menjadi kristal asam oksalat.

“Produk ini dapat dimanfaatkan untuk metal cleaning, pencampuran bahan pewarna, dan masih banyak lagi,” tutur Linaniyyatul, mahasiswi yang akrab disapa Lina ini.

Bahkan karya mereka itu diakui di tingkat internasional. Dalam kompetisi, mereka mengusung karya tulis bertajuk Utilization of HVS Paper Waste for The Manufacture of Oxalic Acid, berhasil meraih medali perunggu dalam ajang International Invention Competition for Young Moslem Scientists (IICMYS) 2021 pada kategori Environment. Lima mahasiswa Departemen Teknik Kimia Industri ITS di bawah bimbingan dosen Ir Agung Subyakto MS.

Untuk diketahui, limbah kertas HVS di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Namun tidak diimbangi dengan pengelolaan limbah yang benar. Membantu mengatasi kondisi tersebut, mereka menginisiasi daur ulang limbah kertas HVS menjadi asam oksalat yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan industri.

Pengelolaan limbah kertas HVS yang lumrah dilakukan dengan pembakaran, dan tentu saja berdampak buruk bagi lingkungan. Padahal limbah kertas HVS dapat didaur ulang menjadi produk bernilai tinggi.

“Kertas HVS ini mengandung kadar selulosa di atas 90 persen. Sehingga dapat diolah menjadi asam oksalat,” ungkap Lina.

Proses Pengolahan

Sebelum diolah, kertas HVS akan melalui tahap pre-treatment berupa removing ink terlebih dahulu. Tidak hanya menghilangkan tinta, pada tahap ini juga bertujuan untuk meningatkan kadar selulosa yang meningkatkan produksi asam oksalat sebesar 20 persen.

Pada tahap pre-treatment, kertas HVS ditimbang dan dicampur dengan senyawa kalium permanganat (KMnO4) 50 persen yang berfungsi untuk memisahkan lignin dari selulosa. Selanjutnya, kertas dicelupkan dalam senyawa hidrogen peroksida (H2O2) 65 persen untuk menghilangkan tinta lalu dibasuh kembali menggunakan akuades.

Lebih lanjut, kertas HVS dihidrolisis menggunakan senyawa alkali kuat yaitu natrium hidroksida (NaOH) 40 persen dan dipanaskan pada suhu 65°C selama 80 menit.

“Pada suhu dan durasi ini asam oksalat yang dihasilkan lebih banyak dan optimal,” tambah gadis asal Pamekasan, Madura ini.

Setelah tahap pemanasan, larutan didinginkan dan disaring. Sisa endapan kemudian dicuci dengan akuades hangat (kisaran suhu 50-60°C). Sisa endapan hasil hidrolisis ini lalu ditambahkan kalium klorida (CaCl2) 10 persen hingga terbentuk endapan putih kalsium oksalat.

Endapan putih kalsium oksalat disaring dahulu lalu ditambahkan 100 mililiter asam sulfat (H2SO4) 96 persen hingga terurai menjadi asam oksalat dan kalsium sulfat. “Asam oksalat diambil dari proses penyaringan dan dicuci menggunakan etanol 96 persen,” papar Lina.

Lina melanjutkan bahwa senyawa asam oksalat ini dipanaskan hingga suhu 70°C lalu didinginkan dalam air es sekitar 24 jam. Hal ini bertujuan untuk membentuk kristal asam oksalat berupa kristal jarum berwarna putih.

Terakhir, kristal asam oksalat ini melalui tahap pengujian titrasi dan uji titik leleh. Hasil analisa menunjukkan bahwa setiap 600 gram kertas HVS dapat menghasilkan 3,9 gram asam oksalat dengan titik leleh antara 100-110°C.

“Produk ini sudah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) di mana titik lelehnya ialah 101-102°C,” ungkapnya. (*)

Apa Tanggapan Anda ?
Tags: ITS

Recent Posts

Mudik Gratis di Sumut Berhasil Tekan Penggunaan Sepeda Motor

MEDAN, siedoo.com – Program Mudik Gratis di Sumatera Utara (Sumut) berhasil menekan penggunaan sepeda motor saat arus mudik dan balik…

12 jam ago

BPJS Ketenagakerjaan Magelang Evaluasi Perlindungan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan bagi SRC

MAGELANG, siedoo.com - Kolaborasi bersama PT HM Sampoerna, BPJS Ketenagakerjaan Magelang Evaluasi Perlindungan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan bagi SRC. Sampoerna Retail…

24 jam ago

Zaleha Rumadi Mahasiswa UNIMMA Lolos IISMA 2024

MAGELANG, siedoo.com - Mahasiswa S1 Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes) Universitas Muhammadiyah Magelang (UNIMMA), Zaleha Rumadi berhasil lolos menjadi awardee Indonesia International Student…

1 hari ago

ITS Targetkan Kenaikan Penerima Beasiswa

SURABAYA, siedoo.com - Anggaran pencairan beasiswa yang berhasil dikumpulkan oleh Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) baik dari internal maupun eksternal…

2 hari ago

Pj Bupati Magelang: Momentum Idul Fitri Harus Bisa Membawa Semangat

MAGELANG, siedoo.com - Pj Bupati Magelang Sepyo Achanto mengatakan momentum Idul Fitri ini harus bisa membawa semangat khususnya kepada para…

3 hari ago

347 Kabupaten/Kota Telah Membentuk Satgas PPKSP, Apa Fungsinya

JAKARTA, siedoo.com - Kemendikbudristek telah mengeluarkan Permendikbudristek Nomor 46 tahun 2023 yang mengatur tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan…

5 hari ago