Siedoo, Penanganan Covid – 19 masih menjadi buah bibir di kalangan masyarakat luas. Upaya pencegahan terus dilakukan agar pandemi tidak meluas ke lingkungan sekitar. Mahasiswa pun turut menyumbangkan ide gagasannya agar masyarakat bisa secara tertib menerapkan protokol kesehatan.
Upaya mengingatkan masyarakat agar menerapkan protokol kesehatan ini memanfaatkan teknologi informasi, berupa kamera. Kemudian dipadukan dengan algoritma program, hasil keluarannya berupa suara yang mengingatkan masyarakat yang tidak menerapkan protokol kesehatan.
Di saat kamera mendeteksi terdapat dua orang atau lebih berdekatan dalam jarak kurang dari satu meter, maka pengeras suara akan bekerja. Hal yang sama juga bekerja bagi pelanggaran penggunaan masker.
“Pengeras suara dari boks akan mengingatkan pelanggar untuk mematuhi protokol kesehatan (prokes),” kata Singgih Ardiansyah, mahasiswa Departemen Teknik Komputer Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jawa Timur.
Masih berlangsungnya pandemi Covid-19 di Indonesia memang mendorong tim mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember untuk menggagas kamera cerdas berbasis Internet of Things (Iot). Kamera ini mampu membantu berjalannya penerapan physical distancing sekaligus protokol kesehatan berupa penggunaan masker.
Dinamai Include (Intelligent Camera System for Physical Distancing), gagasan tim INO-G ITS ini bisa mendeteksi jarak antarorang sekaligus penggunaan masker.
Tim yang terdiri dari Singgih Ardiansyah (Departemen Teknik Komputer), Raul Ilma Rajasa (Departemen Teknik Informatika), Arum Puspa Arianto (Teknik Elektro Otomasi), dan Ilham Wahyu Eko Prasetyo (Teknik Elektro) ini sukses membuat model kamera yang dihubungkan dengan speaker.
“Kamera Include diintegrasikan dengan pengeras suara dalam suatu boks yang disebut boks Include,” jelas Singgih Ardiansyah.
Boks Include ini dihubungkan dalam sebuah server. Sehingga bisa memproses data untuk mengetahui adanya indikasi pelanggaran.
“Kami memanfaatkan library dari phyton untuk menganalisis adanya pelanggaran,” tuturnya.
Cara kerjanya gampang, ketika kamera Include mendeteksi manusia, maka akan diproses oleh server. Selanjutnya server mengembalikan data berupa ada tidaknya pelanggaran prokes yang terjadi.
Adapun tim INO-G menciptakan aplikasi tambahan yang terhubung dengan boks Include bernama Include app untuk membantu kinerja boks Include. Include app ini hanya bisa dijangkau oleh petugas yang berada di lapangan.
Nantinya, ketika pelanggaran prokes berlangsung selama lebih dari satu menit, sistem akan mengabari petugas melalui notifikasi pada Include app agar penindaklanjutan pelanggaran bisa dilakukan.
“Petugas akan secara langsung mengingatkan pelanggar,” ungkapnya.
Adanya koordinasi antara boks Include dengan petugas yang memantau aplikasi meyakinkan pemuda kelahiran Purbalingga ini akan keefektifannya. Dirinya percaya bahwa 99 persen orang akan mematuhi prokes setelah diberi peringatan, baik melalui pengeras suara dari boks Include maupun petugas secara langsung.
“Ini juga memudahkan pekerjaan petugas atau pengawas, serta lebih efisien dan efektif,” urai dia.
Guna menguji keefektifan itu, Singgih bersama timnya telah melakukan uji lapangan di salah satu minimarket di Purbalingga. Ternyata itu berhasil.
“Kami yakin jika implementasinya benar, terutama di daerah-daerah antrean di minimarket yang rawan pelanggaran, itu akan sangat membantu,” tandasnya.
Mengingat kebermanfaatan dan keefektifan gagasan ini, Singgih beserta timnya yang terdiri dari mahasiswa angkatan 2020 mengikutsertakan gagasannya dalam sebuah lomba. Patut dibanggakan, tim INO-G berhasil meraih juara III di ajang Sebelas Maret (Semar) International IoT Challenge 2021, belum lama ini.
Terakhir, Singgih berharap bahwa Include gagasan timnya ini bisa diimplementasikan di Indonesia secara menyeluruh. Setidaknya melalui tempat antrean minimarket-minimarket yang ada di Indonesia. Dengan begitu, Include bisa menjadi solusi akan setiap pelanggaran prokes yang ada.
“Khususnya physical distancing dan penggunaan masker,” jelasnya. (*)