KOTA MAGELANG – Kendati hanya memiliki luas wilayah 18,12 kilometer persegi, Kota Magelang, Jawa Tengah menyimpan berbagai potensi dan kekayaan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber ilmu pengetahuan. Kekayaan lokal tersebut, meliputi bidang sejarah, lingkungan, perekonomian dan beberapa bidang lainnya.
Di bidang sejarah, beragam bangunan peninggalan Belanda yang terdapat di Kota Magelang, merupakan harta yang amat berharga bagi dunia ilmu pengetahuan.
Menara air di alun-alun, infrastruktur pendukung irigasi, serta bangunan-bangunan warisan kolonial lainnya, dapat dijadikan sebagai subjek penelitian bagi mahasiswa maupun dosen, juga materi pelajaran di sekolah.
Kalangan kampus bisa memanfaatkan peninggalan fisik bersejarah itu sebagai subjek penelitian. Bukan hanya dari sudut pandang sejarah, melainkan menurut disiplin ilmu teknik sipil dan arsitektur.
Keberadaan Museum Badan Pemeriksa Keuangan, Museum Diponegoro, Museum Abdul Djalil di Akademi Militer, Museum Jenderal Soedirman, Museum Bumiputera, juga sumber berharga bagi pengembangan khasanah keilmuan di Kota Magelang. Rumah Sakit dr. Soedjono dan Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soeroyo, yang dibangun pada masa Hindia Belanda, bukan saja sumber pengetahuan sejarah dari segi fisik bangunannya.
Penelitian dapat pula dilakukan, misalnya terkait peralatan medis yang dulu digunakan, maupun metodologi pengobatan terhadap pasien, yang pernah dilakukan di masa lalu.
Di bidang lingkungan hidup, mahasiswa maupun dosen biologi dapat menjadikan puluhan jenis pepohonan di Kebun Raya Gunung Tidar atau Taman Kyai Langgeng sebagai subjek penelitian. Sebab, diantara berbagai jenis pepohonan di kedua tempat itu, tidak sedikit yang termasuk kategori tanaman langka.
Sementara mahasiswa dan dosen dari Fakultas Pertanian, dapat melakukan penelitian. Misalnya, mengenai upaya pengembangan berbagai jenis tanaman hias yang ada di Kebun Bibit Senopati.
Aktivis perekonomian masyarakat yang setiap hari berlangsung di Pasar Rejowinangun, Pasar Gotong Royong, di sepanjang Jalan Pemuda atau kawasan Pecinan, dapat menjadi materi penelitian dari disiplin ilmu Ekonomi, yakni Manajemen, Akuntansi bahkan Ekonomi Pembangunan.
Pemanfaatan potensi dan kekayaan Kota Magelang sesungguhnya tidak terbatas oleh bidang-bidang ilmu sebagaimana tersebut di atas. Melainkan bersifat lintas disiplin ilmu.
Potensi dan kekayaan daerah itu bisa saja dilihat dari sudut pandang ilmu kepariwisataan, kepemerintahan, bahkan ilmu bahasa sekalipun. Sebab hal-hal tersebut akan saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.
Dalam dunia pendidikan, telah lama dikenal istilah “muatan lokal”. Secara umum, istilah ini diartikan sebagai materi pengajaran yang dikaitkan dengan berbagai hal yang terdapat atau berasal dari suatu daerah, yang diberikan kepada peserta didik di sekolah di daerah itu.
Di Kota Magelang, pemberian materi berupa muatan lokal telah juga berlangsung sejak beberapa tahun terakhir. Namun, mengingat ilmu pengetahuan sifatnya terus berkembang, berbagai muatan lokal tadi harus selalu dipantau dan dikaji, agar dapat terus “up-to-date”, atau selaras dengan temuan dan fakta-fakta terbaru yang ada.(prokompim/kotamgl). (Siedoo)