KOTA MAGELANG, Jawa Tengah memiliki beragam kekayaan budaya lokal. Mulai dari tradisi, kesenian, bangunan bersejarah, sampai yang berupa kerajinan tangan dan kekayaan kuliner.
Publikasi melalui media massa mutlak diperlukan, agar berbagai potensi di Kota Magelang lebih dikenal secara luas. Media online, dengan karakternya yang melampaui batas ruang dan waktu, menjadi sarana yang paling tepat untuk melakukan publikasi itu.
Dalam hal tradisi, Kota Magelang memiliki agenda tahunan berupa nyadran atau merti desa. Ritual ini, antara lain, rutin digelar di Kelurahan Cacaban, Magelang Tengah.
Nyadran di Kelurahan Cacaban, umumnya diadakan pada bulan Dzulhijjah. Sementara untuk memeringati HUT Kota Magelang, ada gelaran Grebeg Gethuk.
Tradisi lain yang terdapat di Kota Magelang adalah ritual Ruwat Bumi. Acara ini diadakan berbarengan dengan pelaksanaan Festival Tidar.
Dalam tradisi-tradisi itu, panitia biasanya menyertakan penampilan sejumlah kelompok kesenian. Dengan demikian, berbagai kelompok seni tradisional itu akan terus hidup dan berkembang.
Kelompok-kelompok kesenian itu juga selalu mendapat kesempatan tampil, tiap kali Pemerintah Kota Magelang mengadakan pawai atau karnaval.
Kekayaan lokal Kota Magelang lainnya, yaitu berupa kerajinan tangan. Salah satu contoh, kerajinan topeng yang dibuat oleh warga Kelurahan Tidar Selatan. Topeng-topeng itu bahkan telah tersebar di berbagai daerah di Tanah Air.
Kerajinan berupa batik juga telah lama lahir di kota ini. Batik Kota Magelang dikenal memiliki cirikhas tersendiri. Misalnya, penamaan motif yang diambil dari nama-nama kampung di daerah ini.
Bangunan-bangunan bersejarah di Kota Magelang juga perlu dipublikasikan lebih maksimal. Tujuannya, bukan sebatas sarana promosi pariwisata. Tak kalah penting, hal itu akan bermanfaat bagi bidang pendidikan, khususnya dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan wawasan sejarah.
Kehadiran media online, terutama sejak dua dekade terakhir, membuat konsumsi terhadap media cetak dan televisi menurun tajam. Tidak sedikit koran dan majalah terpaksa tutup karena tak mampu bersaing dengan media online. Media-media cetak yang tutup itu bukan hanya di Indonesia, melainkan juga di negara-negara maju.
Itulah mengapa media online, untuk saat ini, merupakan pilihan yang paling tepat untuk menjadi sarana distribusi informasi apapun. Termasuk, untuk mempublikasikan berbagai potensi dan kekayaan lokal di Kota Magelang. (prokompim/kotamgl) (Siedoo)