Siedoo, Munculnya isu penghapusan mata pelajaran sejarah dari wajib menjadi mata pelajaran pilihan ditingkat SMA/K oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mendapat berbagai penolakan dari berbagai pihak. Bahkan isu ini mendapat reaksi keras dari Asosiasi Guru Sejarah Indonesia, Masyarakat Sejarawan Indonesia, dan Perkumpulan Prodi Sejarah se-Indonesia.
Kendati demikian, Mendikbud Nadiem Anwar Makarim telah memberikan pernyataan dan meluruskan permasalahan tersebut. Lantas pentingkah pelajaran sejarah bagi anak muda? Jawabannya tentu sangat penting.
Sejarah membawa dua nilai yakni, pertama nilai sebagai pembelajaran yang menganggap sejarah sebagai ilmu. Kedua, nilai sejarah yang dianggap sebagai pendidikan moral. Dengan mengetahui sejarah, anak muda cenderung akan belajar nilai moral dalam perjalanan sebuah bangsa. Baik itu kegigihan, kerja keras maupun jiwa nasionalisme.
Besarnya nilai sejarah terhadap pembentukan karakter dan moral anak muda tentu sudah barang tentu sejarah menjadi pelajaran yang tak boleh dihilangkan. Anak muda harus belajar dari mana lagi jika sejarah dihilangkan? Padahal, selain menjadi ilmu sejarah juga sarat akan nilai-nilai yang bisa menjadi teladan bagi anak muda.
Namun, generasi sekarang menjumpai tantangan yang tak mudah. Selain masuknya budaya lain dengan arus globalisasi yang sangat kencang, anak muda saat ini harus berperang melawan budaya bangsa kita yakni masalah literasi yang rendah. Hal inilah yang menjadi tantangan besar dalam memperjuangkan sejarah bangsa yang penuh nilai dengan kebiasaan sebagian besar masyarakat tanah air yang tingkat literasinya masih perlu digenjot.
Namun, sejatinya, masalah ini bisa teratasi jika generasi muda saat ini bisa mengubah kebiasaan di mana literasi menjadi sebuah kebudayaan. Budaya literasi yang tinggi tentu membuat nilai-nilai sejarah lebih mudah diimplementasikan oleh generasi masa kini. Namun memang perlu upaya komprehensif untuk membentuk literasi menjadi budaya.
Kepo terhadap sejarah menjadi kunci saat anak muda sudah memiliki budaya literasi yang baik. Masalah nilai, moral hingga keheroikan masa lalu akan menjadi daya tarik bagi anak muda. Namun tak hanya mengubah budaya literasi di tingkat anak muda. Pelajaran, guru, metode hingga cara untuk menyampaikan sejarah pun dirasa sangat penting untuk dimodifikasi.
Sejarah harus dikemas secara menarik. Anak muda tertarik, anak muda mau membaca, nilai moral dalam sejarah masuk ke anak muda, dan nasionalisme terangkat. Setidaknya itu efek yang didapat jika sejarah bisa terus menjadi nilai yang patut diresapi oleh masyarakat.
Sejarah memang sangat erat dengan nasionalisme. Oleh karena itu, tak ada yang bisa menghindar, semua pihak harus berbenah dan memiliki kesadaran untuk melestarikan sejarah. (*)