Siedoo.com -
Opini

Diskursus Pancasila, Antara Retorika dan Realita

Siedoo, Tema besar Pancasila selalu didengungkan dan dibicarakan di manapun berada, bahkan sampai tidak mengenal ruang dan waktu. Berbicara tentang Pancasila itu menarik dan asyik karena selalu dibahas dari berbagai sudut pandang yang berbeda, beragam dan kekinian.

Diskursus kebangsaan tidak lepas dari Pancasila sebagai objek utama. Pembahasan aktif mengenai Pancasila di berbagai forum online maupun offline yang berkelanjutan tentunya membuat bangsa kita patut bersyukur dan bangga. Artinya masih banyak yang peduli dengan Pancasila, di tengah-tengah arus globalisai yang melahirkan manusia sikap apatis.

Pandemi Covid-19 yang belum usai membuka ruang forum-forum webinar untuk membahas dan mentasbihkan Pancasila sebagai penuntun arah pedoman kebijakan serta kebajikan bangsa dan negara. Sebuah diskusi atau obrolan mengenai Pancasila banyak sekali dikemukakan para tokoh atau sesorang yang mempunyai otoritas. Dalam menyampaikan Pancasila sebagai ideologi negara selalu membuka angin segar serta jalan keluar sebagai jalan kemaslahatan bersama. Tetapi, terkadang hanya sebuah omongan belaka.

Retorika seseorang untuk mengeluarkan petuah yang indah juga seringkali berdampak pada berbagai macam harapan, akan tetapi nihil akan pembuktian. Banyak peristiwa terjadi, berulang-ulang, dan seolah-olah membuat nilai luhur kejujuran dalam berkata itu hilang begitu saja. Akibat retorika tanpa realisasi tersebut, banyak pihak yang merasa dirugikan, dibohongi, dipermainkan dan sangat dikecewakan.

Founding Fathers merumuskan Pancasila merupakan maha karya yang begitu fenomenal, yang tidak dimiliki oleh bangsa lainnya. Pancasila dihadirkan di tengah-tengah bangsa Indonesia dari hasil pemikiran brilian dari nafas-nafas corak kehidupan melalui aktualisasi, historasi, dan rasionalisasi.

Pancasila adalah dasar negara yang perlu dijalankan dan diamalkan bersama, tentunya melalui aktualisasi nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Yudi Latif (2020) mengatakan aktualisasi nilai-nilai etis kemanusiaan itu terlebih dahulu harus mengakar kuat dalam lingkungan pergaulan kebangsaan yang lebih dekat, sebelum menjangkau pergaulan dunia yang lebih jauh.

Baca Juga :  Beginilah Lahirnya Konsep Sekolah Pencetak Wirausaha

Oleh karena itu, nilai-nilai universal yang terkandung dalam Pancasila perlu dijadikan pedoman dan landasan dalam bersikap serta bertindak secara nyata, tanpa wacana dan retorika belaka. Pembudayaan dan keteladanan perlu menjadi pembiasaan agar bangsa Indonesia menjadi warga yang beradab tanpa ragu dan pura-pura. Pancasila sebagai benteng dan fondasi serta dasar apabila diamalkan dan dijalankan dengan baik tentunya akan merubah mindset serta karakter negatif menjadi karakter positif.

Diskusi mengenai Pancasila itu sangat penting, dalam berbicara perlunya penyeimbangan antara perkataan dan wujud realisasi atas perbuatan. Harus lebih banyak direnungi dan dipelajari kembali oleh setiap orang, agar tidak ada lagi istilah diskusi atau obrolan mengenai Pancasila hanya berupa retorika belaka.

Sikap atau perilaku bijak tidak cukup hanya diwujudkan dengan kemampuan seseorang untuk mengeluarkan kata-kata bijak dan menarik saja. Melainkan harus benar-benar diwujudkan dengan tindakan nyata. Ketika seseorang hanya bisa mengeluarkan kata-kata bijak tanpa mengimbangi dengan tindakan nyata, maka yang dilakukan tersebut hanya sebatas “retorika” bijak saja. Bukan sikap atau perilaku bijak yang sebenar-benarnya.

Perlunya memaknai dan memahami kembali nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai
demokrasi dan nilai keadilan untuk dihayati dan jalani. Membangun mental karakter Pancasila secara
istiqomah, terus menerus, konsisten dan terpadu.

Pancasila bisa menjadi sakti mandraguna apabila nilai-nilai Pancasila (filosofis, etis, dan ideologis) tidak hanya dihafal, diperingati, dirayakan, didengungkan, didendangkan saja. Melainkan harus dijadikan pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melalui pembudayaan dengan sungguh-sungguh.

Keteladandari pemimpin, tokoh, pejabat dan seorang yang mempunyai otoritas bisa menjadi contoh dan panutan dalam bertindak nyata. Jadi, bincang Pancasila bukan sekadar retorika, yang bisa diwujudkan dengan kata-kata. Pancasila merupakan suatu dasar, yang harus direalisasikan dengan sebenar-benarnya, sesuai dengan hakekat yang dimaksudkan oleh para founding father ketika merumuskannya. (*)

Baca Juga :  Bahasa Gaul Pengaruhi Bahasa Indonesia

Sukron Mazid, S.Pd, M.Pd
Pemerhati Pendidikan, Sosial dan Budaya
Dosen Pancasila dan Kewarganegaraan UNTIDAR dan UNSIQ

Apa Tanggapan Anda ?