BANDUNG – Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Provinsi Jawa Barat (Jabar) Dedi Supandi menyampaikan, untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Jabar, Dinas Pendidikan Provinsi Jabar bekerjasama dengan Jepang. Kolaborasi ini berencana meluncurkan dua program. Yakni, pertukaran pelajar siswa SMP dan SMA ke Hiroshima Global Academy dan mengirim lulusan SMK di Jabar guna memenuhi kebutuhan tenaga kerja di Jepang.
Hal itu dikatakan Dedi usai menerima kunjungan dari Bagian Kerjasama Departemen Pendidikan Bahasa Jepang Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra (FPBS) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Diani Risda. Kunjungan diterima di Operational Room Kantor Disdik Jabar, Jalan Dr. Radjiman No. 6, Kota Bandung, Selasa (21/7/2020). Pertemuan tersebut dihadiri pula oleh Kasi Kesejahteraan Bidang Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Disdik Jabar, Budi Hermawan.
Kadisdik mengatakan, kerja sama seperti ini merupakan upaya Disdik dalam mewujudkan visi “Jabar Juara Lahir Batin Melalui Inovasi dan Kolaborasi“. Kolaborasi seperti ini harus terus dilakukan dan dikembangkan. Terlebih pada program pengiriman lulusan SMK ke Jepang, akan mampu meningkatkan terserapnya tenaga kerja di Jabar.
Kadisdik pun menegaskan, pihaknya akan segera menindaklanjuti kerjasama ini. Pihaknya akan menyiapkan bahan dan mekanismenya, setelah itu akan komunikasikan ke Pemprov Jabar. Selain itu, pihaknya akan terus berinovasi membuka jurusan-jurusan baru di SMK yang sesuai kebutuhan pasar.
“Kita akan pelajari kebutuhan pasar apa saja yang bisa dikembangkan menjadi jurusan di SMK,” tuturnya.
Sementara itu, Diani Risda menyampaikan, ada 14 pekerjaan yang dibutuhkan Jepang dari tenaga kerja Indonesia. Di antaranya, care worker, building cleaning management, aviation industry, dan food service industry. Kebutuhan tersebut bisa dimanfaatkan oleh siswa lulusan SMK di Jabar.
“Diharapkan, alumni SMK di Jabar bisa dikirim ke Jepang untuk bekerja di sana,” ujarnya.
Diani yang juga menjabat Advisor di Asia Foundation itu menuturkan, bahasa adalah hal paling penting yang harus dikuasi. Sehingga, pembinaan bahasa Jepang harus menjadi perhatian dalam merealisasikan program ini.
“Kita bisa membuat pelatihan. Bisa melibatkan swasta atau difasilitasi oleh Disdik,” tutupnya. (*)