Siedoo.com - Mahasiswa Asing di UIN Maliki. I foto : kemenag.go.id
Nasional

Sejarah UIN Maliki, Jadi Cabangnya IAIN Suka hingga Memiliki Mahasiswa dari 32 Negara

Siedoo, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim (Maliki), Malang, Jawa Timur tidaklah tiba-tiba menjadi kampus yang besar seperti sekarang. Ada sejarah panjangnya.

UIN Maliki menjadi salah satu Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) yang berkembang pesat.

Melansir dari kemenag.go.id, mula-mula, berawal dari Fakultas Tarbiyah cabang IAIN (kini UIN) Sunan Kalijaga (Suka) Yogyakarta. Kemudian Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) ini berkembang menjadi filial IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) pada 1998. Lalu memisahkan diri dari induknya, IAIN Sunan Ampel Surabaya. Pernah menjadi UIIS, tetapi dalam masa yang tidak terlalu lama diresmikan Wakil Presiden Hamzah Haz.

Baru tahun 2004, kampua ini berubah menjadi UIN dan pada tahun 2008 diberi nama Maulana Malik Ibrahim (Maliki), nama yang sangat bersejarah. Seorang tokoh wali di Gresik yang menjadi guru para ulama.

Saat ini UIN Maliki mempunyai tiga kampus yang berada di Batu dan di Kota Malang. UIN Maliki, mempunyai tujuh fakultas; FITK, FKIK, FSy, FE, FH, FSaintek, dan FPsi. Antara lain punya prodi Kimia, Fisika, Biologi, Pendidikan Dokter, PAI, Ekonomi, dan Farmasi.

Tahun depan, UIN Maliki akan menambah empat prodi dalam bidang teknologi. Hal ini sekaligus menjadi persyaratan untuk kerja sama dengan SFD dari Saudi.

UIN Maliki juga membuka program pascasarjana, S2 dan S3 dengan pilihan prodi antara lain: PGMI, MPI, PAI, Ekonomi, MM, Biologi, dan Psikologi.

“Membuka prodi bahasa Indonesia di Al Azhar University. Ada dua ribuan mahasiswa yang hafal al Qur’an. Mereka diasuh dibawa lembaga yang bernama HTQ,” ujar Rektor UIN Maliki, Abd Al Haris Al Muhasibiy.

UIN Maliki, sering mendapat juara umum, misalnya pada event PIONER dan OSKI yang baru saja berlangsung. Konsep yang dikembangkan yakni integrasi sains dan agama serta internasionalisasi. Predikat A dalam akreditasi institusi dan akreditasi prodi-prodi. Proses akreditasi AUN-QA kerja sama dengan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi.

Baca Juga :  Untuk Siswa Milenial, Mendikbud Sodorkan Model Pembelajaran HOTS

“Jumlah peserta didik tujuh belas ribu mahasiswa. Empat ratus di antaranya berasal dari 32 negara. Mulai dari Cina, Rusia, Saudi Arabia, Libia, Sudan, dan seterusnya,” tuturnya.

“Mereka sangat menikmati hidup di Malang Raya. Bahkan ada juga yang menikah dengan orang Indonesia. Justru orang Lamongan yang dipilih oleh orang Rusia,” akunya.

Peminat calon mahasisaa setiap tahun meningkat terus tanpa henti. Tahun ini, ada seratus sepuluh ribu peminat yang memilih prodi. Diterima sedikit sekali hanya sekitar tiga ribu enam ratus. Hal ini karena keterbatasan sarana untuk Ma’had/pesantren menampung mahasiswa baru yang terseleksi. Mereka dididik selama setahun menjadi mahasantri.

Ma’had/pesantren inilah pendidikan yang menangkal radikalisasi. Otomatis menjadi tempat bahkan rumah indah moderasi.

Guru besar UIN Maliki juga meningkat drastis dalam dua tahun. Ada enam profesor yang sudah mendapat SK dar Menristekdikti.

“Insya Allah tahun depan akan bertambah tujuh atau sembilan lagi. Semoga jumlah para guru besar segera bisa mencukupi.Dengan rasio jumlah prodi yang sudah terakreditasi,” tandasnya. (*)

Apa Tanggapan Anda ?