BANDUNG – Dari 27 tim dari berbagai negara dalam ajang Global Innovator Festa di Korea Selatan, Tim Lnpoint dari Institut Teknologi Bandung menjadi juara pertama, belakangan ini. Dalam perlombaan tersebut, tim yang beranggotakan Solskjaer (Fisika 2015), Anisa Natalia (Fisika 2015), Safira Rahmadani (SBM 2020), dan Dicky (STI 2017) menjumpai berbagai kendala.
“Banyak kendala yang kami dapatkan saat perlombaan seperti keterbatasan hardware yang diberikan, hardware tidak berfungsi, dan lainnya. Kemudian bagaimana menyesuaikan konsep project kami yang sebenarnya customer to customer menjadi business to business,” kata Al Solksjaer dilansir dari itb.ac.id.
Global Innovator Festa merupakan kompetisi internasional tahunan yang diadakan pemerintah Korea melalui Daegu Digital Industry Promotion Agency (DIP) di Kota Daegu, Korea Selatan.
Tiga sub kompetisi yang dilombakan adalah idea – thon (presentasi ide melalui case yang diberikan), make – a – thon (merancang sebuah project untuk menyelesaikan permasalahan di Korea di bidang komunikasi, terutama untuk perusahaan KT), dan startup (menciptakan sesuatu yang baru yang bermanfaat untuk penduduk Korea).
Mereka melalui berbagai tahapan hingga dapat menjadi juara. Awalnya dilakukan seleksi dari seluruh negara yang berpartisipasi seperti Indonesia, Vietnam, Prancis, China, dan lainnya.
Tim yang lolos seleksi akhirnya datang ke Kota Daegu, dan diberikan pelatihan selama tiga hari. Kemudian kompetisi dimulai, dengan waktu pengerjaan software and hardware untuk sub kompetisi make – a – thon adalah 24 jam.
Selama proses pengerjaan tersebut banyak tantangan yang harus mereka jalani seperti hilangnya jam istirahat karena mereka harus berkonsentrasi penuh membangun software dan hardware tersebut selama 24 jam.
Selain itu, keterbatasan alat yang dapat digunakan juga menjadi salah satu kendala. Setelah itu, dilakukan presentasi mengenai project yang telah dirancang. Pemenang yang diinginkan merupakan tim yang dapat memberikan solusi yang murah dan scalable untuk perusahaan KT.
Tujuannya adalah dengan mengikuti kompetisi ini, kita ingin mencari validasi atas project kita. Kita sudah sering lomba dan keliling Indonesia dan pengalaman tersebut membuat kita terus memperbaiki karya kita sehingga nantinya dapat bermanfaat bagi orang banyak,” ujar Al Solksjaer.
Melalui sub kompetisi make – a – thon dengan tema “Developing Innovative Device / Software”, Tim Lnpoint mengembangkan sebuah robot bernama Openspace.
“Ini merupakan aplikasi untuk membangun sebuah komunitas. Ibaratnya, orang – orang yang menggunakan aplikasi ini bisa saling sharing dan bertemu untuk berdiskusi. Software yang kami rancang dihubungkan dengan hardware yang berada di berbagai tempat seperti di kafe. Tujuannya, ketika beberapa orang hendak berkumpul, mereka tidak usah kesulitan untuk reservasi tempat dan menanyakan kondisi tempat terkait,” tambah Al Solskjaer.
Tim tersebut dibimbing Dosen Fisika ITB yaitu Acep Purqon, Ph.D. Awalnya mendapat informasi terkait kompetisi tersebut dari dosen mereka. Lalu melihat kesempatan tersebut, mereka akhirnya memutuskan untuk mengikuti lomba tersebut.
“Kami langsung apply ke Korea dengan membawa project yang selama ini telah kami jalankan,” akunya.
Dalam beberapa pekan ke depan, project yang mereka bentuk akan segera diluncurkan dan dipublikasikan untuk umum. Harapannya, dengan program ini banyak orang yang memiliki minat dan kebutuhan yang sama bisa bertemu dengan mudah dan terfasilitasi.
Masyarakat bisa belajar apapun, dimanapun, dan dengan siapapun dengan mudah. Namun untuk sekarang, project ini masih dalam tahap beta dan terus disempurnakan.
“Saya berharap project ini bisa membantu banyak orang bukan hanya mahasiswa ITB tapi juga universitas lain dan masyarakat luas, serta dapat memberikan dampak yang besar,” akunya. (Siedoo)