Siedoo.com -
Nasional

LKS SMK Bidang Joinery, Siswa Diuji Merangkai Kayu tanpa Paku

YOGYAKARTA – Salah satu yang dilombakan dalam Lomba Kompetensi Siswa (LKS) SMK di Yogyakarta, 8 – 11 Juli 2019, adalah joinery. Barangkali ini terdengar asing. Bidang ini memperlombakan kemampuan dalam merangkai kayu menjadi benda furnitur tanpa paku.

Joinery adalah teknik merangkai sambungan kayu menjadi suatu kesatuan karya benda. Tahun ini, peserta diminta untuk membuat satu desain jendela persis seperti yang dipajang di depan stan.

“Dalam bidang lomba joinery tahun ini, peserta diminta untuk membuat jendela beserta rangkanya”, ujar salah seorang pengampu bidang lomba, Nuryuli Prasetyo.

Peserta diwajibkan membuat jendela sesuai dengan contoh yang telah disiapkan tim juri. Menurutnya, salah satu aspek penilaian adalah soal batas toleransi. Dalam peraturannya toleransi kerapatan yang diperbolehkan hanya sekitar 1 milimeter.

Selain itu juga ada penilaian dari sisi manajemen waktu yang tak kalah penting. “Jadi yang terpenting dalam lomba adalah manajemen waktu, peserta diberikan waktu selama 20 jam, perhari 7-8 jam untuk menyelesaikan produknya,” ujar guru SMK Negeri 1 Dilingo ini.

Jadi dibutuhkan ketelitian dan kematangan peserta, baik dalam membuat perencanaan hingga eksekusi. Karena teknik dan ketepatan dari rangkaian kayu akan menentukan kekokohan dari jendela yang dibuat.

Standar penilaian yang digunakan tersebut disesuaikan dengan standar internasional, sehingga peserta yang terpilih nantinya akan terbiasa menghadapi soal-soal dalam World Skill Competition (WSC).

Hal serupa juga disampaikan oleh Muhammad Bukhori, salah seorang alumni dari bidang lomba Joinery yang mendapatkan medali emas di WSC tahun 2011. Menurutnya, soal Joinery di LKS tahun ini mengadopsi dari WSC yang telah disesuaikan untuk tingkat Asia.

“Di tingkat Asia pengerjaan dilakukan selama 22 jam. Untuk di LKS tahun ini pengerjaan di sesuaikan menjadi 20 jam, dengan dua jenis model karya yang dihasilkan”, tuturnya.

Baca Juga :  Mestinya Konsep Memodernisasi Kampus dari Pemerintah, Bukan dari Asing

Ia menuturkan dalam bidang lomba joinery banyak potensi yang dapat dikembangkan. Karena siswa dituntut untuk menguasai jenis-jenis bahan, proses pembuatan, hingga pemasaran produknya.

Tahun ini di bidang lomba joinery, jumlah peserta sebanyak 21 siswa dari 34 provinsi. Juri yang terlibat terdiri dari kalangan akademisi, Unit Pelaksana Teknis Kemendikbud, hingga alumni peserta lomba yang telah berprestasi di tingkat internasional. (Siedoo)

Apa Tanggapan Anda ?