Siedoo.com -
Internasional

Membanggakan, ITS Kembali Juara Dunia Kompetisi Robot di Amerika

Siedoo, Membanggakan. Setidaknya kata itu pas disematkan kepada tim Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jawa Timur setelah pulang dari kompetisi International Roboboat Competition (IRC) 2019 di Florida, Amerika Serikat (AS). Tim Barunastra ITS sukses menjuarai ajang International Roboboat Competition (IRC) 2019 di Florida, Amerika Serikat (AS) yang berakhir Minggu (23/6/2019) malam waktu setempat. 

Tim Barunastra ITS berhasil mempertahankan gelar juara dunia yang diraihnya tahun lalu di ajang dan tempat yang sama. Hasil ini juga menunjukkan bahwa Tim Barunastra telah sukses mempertahankan posisi gelar dunianya pada kompetisi di tahun sebelumnya, yang juga berhasil meraih juara pertama.

Sejak tahun 2016, Tim Barunastra ITS selalu tampil gemilang dan menghasilkan hasil yang memuaskan. Secara berturut-turut peringkat dalam kompetisi dunia ini adalah Institut Teknologi Sepuluh Nopember (peringkat 1), Embry Riddle Aeronautical University – AS (peringkat 2), Universitas Indonesia (peringkat 3), Hagerty High School – AS (peringkat 4) dan VTEC  Meksiko (peringkat 5).

Sementara, peserta lainnya antara lain berasal dari University of Michigan  AS, Georgia Insitute of Technology Aerospace  AS, University of Lusiana  AS, Florida State University  AS, Universitas Diponegoro (Undip), University of Puerto Rico, University of Colorado  AS, dan Military Technical College  Mesir.

Keberhasilan itu tentunya membuat bangga baik bagi ITS maupun bangsa Indonesia dan sekaligus membawa nama baik tim di kancah internasional. Oleh karena itu, wajar saja jika Konsul Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Houston sebelumnya sempat menjenguk Tim Barunastra di lokasi ketika perlombaan.

“Percaya bahwa sebuah pencapaian pasti diraih dengan usaha, nothing worth having comes easy,” kata Lead Official Tim Barunastra ITS, Sabillah Margirizki.

Baca Juga :  Volunteer Asing Peduli Sekolah Lokal

Sebelum sukses bertanding dalam final bersama empat tim lainnya, setiap tim kapal robot (roboboat) ini terlebih dahulu harus menjalani babak uji coba (trial) dan babak kualifikasi. Dalam babak kualifikasi tersebut diikuti total peserta sebanyak 13 tim dari universitas dari berbagai negara.

Drone Sempat Jatuh

Sabil menjelaskan, di seluruh babak setiap kapal robot ini diharuskan menyelesaikan secara mandiri pada lima misi yang berbeda. Misi pertama bernama Autonomous Navigation. Dalam misi ini, kapal robot diharuskan untuk masuk dan keluar pintu yang sudah ditentukan secara otomatis dalam danau yang dijadikan ajang lomba.

Masih dalam danau yang sama, berikutnya kapal robot itu melakukan misi Speed Challenge. Kapal robot ini memasuki rintangan dan berputar balik di titik tertentu.

“Kecepatan kapal perlu sangat diperhatikan dalam babak ini,” tutur mahasiswa yang akrab disapa Sabil ini.

Selanjutnya, misi yang ketiga yaitu Automated Docking. Dalam misi ini, setiap kapal robot diharuskan menangkap frekuensi yang keluar dari tempat sandaran dan kapal robot itu harus mampu bersandar pada tempat yang memancarkan frekuensi itu.

Misi berikutnya bernama Raise the Flag. Dalam misi ini terdapat semacam tujuh segmen yang menghadap ke langit dan menampilkan angka satu, dua, tiga, atau empat.

Drone yang ada di atas kapal harus terbang secara otomatis untuk membaca angkanya. Kemudian data dikirim ke kapal dan kapal harus bersandar di nomor satu, dua, tiga, atau empat sesuai info yang diperoleh dari drone.

Berikutnya, pada misi berakhir yang bernama Find the Path yang mengharuskan kapal robot untuk masuk ke rintangan dari banyak bola dan memutari balik suatu titik yang kemudian keluar lagi dari rintangan berbagai bola itu.

Baca Juga :  Go Internasional, Tim Barunastra ITS Bawa Lima Misi Kemenangan
Tim Barunastra ITS merayakan keberhasilannya mempertahankan Juara Dunia di International Roboboat Competition 2019 di Amerika Serikat. foto : Humas ITS

Mahasiswi Departemen Statistika ITS tersebut juga mengungkapkan bahwa ketika babak kualifikasi Tim Barunastra sukses berada di posisi pertama dengan poin 4.000 lebih. Poin tersebut sangat jauh jika dibandingkan dengan tim yang berada pada posisi kedua yang hanya memperoleh sebanyak 1.034 poin.

Sabil juga mengaku bahwa selama tahap uji coba terdapat beberapa kesulitan yang dialami oleh Tim Barunastra.

“Salah satunya ketika drone kita sempat jatuh ke air karena adanya delay waktu,” ungkap perempuan berhijab tersebut.

Seketika pada hari itu juga, tim langsung membeli semua komponen drone yang rusak dan merakitnya ulang. Hal itu menjadikan Tim Barunastra tidak berani menerbangkan drone ketika babak kualifikasi.

“Namun, setelah melihat beberapa tim yang unggul dengan drone mereka, kita benar-benar mengusahakan untuk dapat menerbangkan drone ketika final,” papar mahasiswi angkatan tahun 2016 ini.

Selain hal itu juga, menurut Sabil, kompetisi ini juga mensyaratkan seluruh tim untuk membuat paper, website, media sosial (medsos), mengunggah video tim untuk media branding tim, dan lain sebagainya. Dari penilaian semua itu, Sabil menyebutkan bahwa Tim Barunastra berhasil menduduki posisi ketiga. (*)

Apa Tanggapan Anda ?