Siedoo, Siwalan (Borassus flabellifer L.) dikenal juga dengan sebutan lontar atau tal adalah jenis tanaman keluarga Araceae/Palmae yang banyak tumbuh di Indonesia. Pohon siwalan banyak dimanfaatkan daun, batang, buah, hingga bunganya yang dapat disadap sebagai legen (nira). Nira siwalan dapat diminum langsung atau diolah menjadi gula siwalan (sejenis gula merah).
Pemanfaat buah siwalan sementara hanya diambil daging buahnya. Sementara kulit siswalan dibuang begitu saja, sehingga menumpuk dan menjadi limbah. Padahal limbah kulit siwalan sebenarnya bisa dimanfaatkan kembali dan mempunyai potensi untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.
Seperti dilakukan para mahasiswa Tim Asap Cair atau Acar Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Mereka terdiri dari Teguh Dwi Saputro mahasiswa Fakultas Keperawatan (FKp) angakatan 2015, Tiyani (FKp 2018), Achmad Ferdynan Thomas Irwan (FKp 2018). kemudian Novia Tri Handika (FKp 2016), dan Nova Faridatus Sholihah Fakultas Sains dan Teknologi angkatan 2015.
“Kami melakukan kreasi dan karya memanfaatkan kulit siwalan menjadi asap cair sebagai pestisida organik. Kegiatan kami lakukan di Desa Semanding, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban,” ujar Teguh seperti dilansir unair.ac.id.
Teguh menjelaskan penggunaan pestisida anorganik yang semakin tinggi, disebabkan produk itu dinilai lebih cepat efeknya dari pada pestisida organik. Namun perlu diketahui bahwa penggunaan pestisida anorganik yang tidak terkontrol akan menimbulkan resisten terhadap hama tanaman.
“Selain itu kandungan nutrisi tanaman bercampur dengan pestisida, harga pestisida anorganik pun lebih mahal. Serta mengakibatkan predator alami hama berkurang dan dapat munculnya hama baru,” jelasnya.
Karena pestisida anorganik dinilai membahayakan lingkungan itulah yang mendasari inovasi Tim Acar mengubah kulit siwalan menjadi pestisida organik yang ramah lingkungan. Dengan didukung dengan data yang diperoleh dari studi literatur yang dilakukan, inovasi ini dapat menjawab permasalahan tersebut.
Sementara itu, Ketua Tim Acar, Tiyani, mengatakan penggunaan asap cair dari limbah kulit siwalan secara perlahan mampu bersaing dengan pestisida anorganik. Di mana pestisida anorganik telah marak digunakan oleh masyarakat, namun berdampak buruk untuk lingkungan.
Inovasi Tim Acar ini lolos pendanaan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat (PKM-M). Tim Acar berharap karya ini didukung oleh pemerintah Kabupaten Tuban.
“Kami juga berharap nantinya desa ini bisa menjadi desa percontohan desa atau daerah lain yang mempunyai potensi dan permasalahan yang sama,” harap Tiyani. (*)