Siedoo.com -
Nasional

Harapkan Sumbangsih Akademisi ITS untuk Memberikan Solusi

SURABAYA – Dominasi produk nasional akan berpindah, yang sebelumnya minyak ke dominasi gas. Selain hal itu, sebuah giant discovery (penemuan yang besar) sudah dirancangkan pada wilayah Indonesia bagian timur. Harapannya, banyak terdapat berbagai penemuan lapangan yang besar untuk dapat dihasilkan migas pada daerah itu.

Dukungan dari berbagai stakeholder dan seluruh lapisan masyarakat diharapkan dapat membuat pengelolaan industri hulu migas menjadi lebih baik. Diharapkan akan peran perguruan tinggi agar dapat mencetak generasi penerus yang siap menghadapi tantangan dan mampu menghadapi persaingan global.

“Sumbangsih dari akademisi dalam memberikan solusi terhadap masalah yang terjadi serta melakukan inovasi juga sangat diharapkan,” kata Kepala Perwakilan Satuan Kerja Khusus (SKK) Migas Wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara (Jabanusa), Nurwahidi.

Ia mengatakan itu saat kuliah tamu di hadapan para pimpinan dan mahasiswa ITS di Auditorium Gedung Pusat Riset ITS, Surabaya, Jawa Timur. Kegiatan tersebut dihadiri langsung Kepala Perwakilan SKK Migas Wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara (Jabanusa), Nurwahidi. Ada juga pembicara lain dari Kangean Energy Indonesia dan Saka Indonesia Pangkah Limited (SIPL), yaitu Dharmawan Widihatmoko dan Endro Probo.

Tercatat sejak tahun 2000, produksi minyak dan gas (migas) di Indonesia cenderung mengalami penurunan, sedangkan tingkat konsumsinya justru mengalami hal yang sebaliknya. Ketimpangan tersebut yang menjadikan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) diharapkan dapat ikut berperan dalam peningkatan produksi migas oleh Satuan Kerja Khusus (SKK) Migas.

Nurwahidi mengawali kuliah tamu tersebut dengan memberi gambaran umum bahwa, hulu migas sendiri merupakan aktivitas eksplorasi dan produksi dari migas. Sedangkan hilir adalah kegiatan yang melakukan pengolahan, distribusi, dan pemasarannya.

Dari hal tersebut, SKK Migas memiliki wewenang dalam pelaksanaan hulu migas pada penyelenggaraan kegiatan migas di Indonesia.

Baca Juga :  Berikut Gambaran Gaji CPNS di Tahun Pertama

Oleh karena itu, alumnus Teknik Mesin ITS tersebut menyatakan bahwa penurunan produksi migas ini menjadi sebuah tantangan yang besar bagi bangsa Indonesia dalam pemanfaatan kekayaan Sumber Daya Alam (SDA) yang ada. Dari 128 basins (cekungan) atau tempat yang kemungkinan terdapat hidrokarbon (senyawa penyusun minyak dan gas), hanya terdapat 18 cekungan yang sudah berhasil menghasilkan produk.

Untuk dapat memaksimalkan produksi tersebut, Nurwahidi menyebutkan bahwa SKK Migas telah merancang sebuah transformasi industri hulu migas bagi Indonesia. Salah satunya dengan melakukan pengeboran perut bumi hingga sampai ke kedalaman yang lebih besar.

“Namun semakin besar kedalaman yang dicapai, semakin besar pula biaya yang dibutuhkan,” jelas pria kelahiran Sumenep tersebut.

Sementara itu, Rektor ITS Prof Dr Ir Mochamad Ashari MEng menyampaikan bahwa, hal ini menjadi kesempatan bagi ITS untuk dapat terjun langsung dalam pembangunan hulu migas di Indonesia. Khususnya pada wilayah timur yang sumbernya sungguh luar biasa.

“Harapannya, kita menjadi tahu dan lebih peduli terhadap industri hulu migas di Indonesia,” jelas guru besar Teknik Elektro ITS ini. (Siedoo)

Apa Tanggapan Anda ?