Siedoo.com -
Daerah

Mengenal Petir dan Manfaatnya Bagi Kehidupan di Bumi

BANDUNG – Petir seringkali dianggap berbahaya dan menakutkan terutama di kala hujan deras terjadi. Suaranya yang menggelegar membuat setiap yang mendengarnya menutup telinga. Bahkan beberapa orang dikabarkan meninggal dunia karena tersambar petir. Di balik itu semua, tahukah kita bahwa petir ternyata memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia di bumi?

Petir terjadi karena adanya lompatan elektron-elektron dari awan bermuatan negatif ke bumi yang bermuatan positif. Guru Besar ITB, Prof. Dr. Dipl.Ing.Ir. Reynaldo Zoro menjelaskan, ada tiga syarat yang harus terpenuhi sehingga petir dapat terjadi.

Pertama, adanya panas matahari yang menguapkan air. Kedua, terdapat partikel mengambang di udara yang biasanya dari garam laut atau polutan industri. Dan ketiga, kelembaban suatu daerah.

Karena terletak di daerah khatulistiwa, Indonesia termasuk sebagai negara dengan jumlah petir yang banyak. Prof. Zoro mengatakan, petir terbentuk dari awan Comulonimbus. Di dalam awan tersebut, terdapat elektron bermuatan positif (+) dan negatif (-).

Elektron yang positif tersebut berkumpul di atas, dan negatif berkumpul di bawah. Kemudian saling bergesekan, sehingga jika energinya cukup maka akan dilepaskan dalam bentuk petir.

Biasanya, dijelaskan Prof. Zoro, petir itu paling banyak terjadi di kala musim hujan. Petir ini ada yang berasal dari muatan positif dan dari muatan negatif. Ada dari awan ke tanah, ada dari tanah ke awan.

“Jika ujung petir cabangnya ke bawah, berarti sumbernya dari awan ke tanah, sementara kalau sebaliknya maka sumber petir dari tanah ke awan.Yang paling banyak terjadi, dari muatan negatif dari awan ke bawah (tanah),” jelasnya dikutip itb.ac.id.

Petir Sahabat Kehidupan

Guru Besar Kelompok Keahlian (KK) Teknik Ketenagalistrikan, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB itu mengatakan, petir sejatinya adalah sahabat bagi kehidupan di bumi. Banyak manfaat dihasilkan ketika terjadi petir.

Baca Juga :  Ketika Akademisi Berbicara Hoax

“Sebetulnya petir jangan ditakuti, petir itu menghasilkan nitrat yang dibawa oleh hujan yang bagus buat tumbuhan. Petir juga menghasilkan ozon untuk menutupi sinar ultraviolet. Jadi petir itu sebetulnya sahabat kehidupan,” ujar Prof. Zoro.

Mengenai kejadian orang tersambar petir, atau rusaknya alat elektronik, kata Prof. Zoro, hal itu disebabkan kurangnya pemahaman masyarakat terhadap petir. Dia menjelaskan, petir seringkali menyambar terhadap struktur bangunan yang lebih tinggi.

“Untuk itu, jika ada bangunan pencakar langit atau rumah yang lebih tinggi dari rumah lainnya, maka perlu dilindungi oleh penangkal petir,” tuturnya.

Kemudian jika sedang berada di lapangan terbuka, maka jika sudah muncul tanda-tanda akan terjadi petir harus segera menghentikan aktivitas dan berlindung. Atau jika tak sempat, bisa merapatkan kedua kaki dan membungkuk hampir sejajar dengan tanah. Bersandar di pohon pun harus hati-hati karena rambatannya.

“Kalau sedang berada di sawah, berlindung di saung-saung. Tapi harus diperhatikan karena posisi saung adalah struktur bangunan paling tinggi ketika di sawah. Untuk itu perlu penangkal petir yang ditancapkan di sisi saung, dengan jarak lebih dari 1 meter dari saung,” jelasnya.

Menurut Prof. Zorro, ITB juga telah membantu dalam pembangunan penangkal petir. Seperti di kilang minyak Pertamina di Cilacap, Bandara Kertajati, Petrokimia Gresik, di beberapa lapangan sepakbola. (Siedoo)

Apa Tanggapan Anda ?