WONOSOBO – Ruang kelas Sekolah Dasar Negeri 1 Pucungkerep, Kecamatan Kaliwiro, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah layak mendapatkan perhatian khusus. Itu karena ruangan kegiatan belajar mengajar (KBM) rusak pada bagian atap. Bahkan, kondisi plafon yang rawan jatuh mengancam keamanan para siswa yang berada di bawahnya.
Keprihatinan kondisi SDN 1 Pucungkerep ini disuarakan langsung Kepala Desa Pucungkerep Sapto Susilo. Ia mengaku, sudah menyampaikan kepada instansi terkait untuk merenovasi bangunan lapuk tersebut.
“Kalau sekolah pendidikan anak usia dini (PAUD) ataupun taman kanak-kanak (TK), kita bisa pakai uang desa. Tapi kalau untuk SD keatas (SMP-SMA) nggak boleh. Itu yang menjadikan kita tak dapat membantu renovasi SDN 1 Pucungkerep,” ujar kades.
Menyikapi kondisi sekolah yang rusak, Pemerintah Desa Pucungkerep bersama sekolah sudah tiga kali mengajukan proposal bantuan. Tujuannya untuk merehab gedung agar segera mendapat perhatian.
“Namun tetap saja belum ada tanggapan,” jelasnya.
Ia pun khawatir jika kondisi ini dibiarkan, tidak hanya mengganggu proses kegiatan belajar mengajar saja. Tetapi juga membahayakan keselamatan siswa-siswi. Terlebih lagi, beberapa waktu sebelumnya pernah ada siswa hampir tertimpa plafon yang sudah lapuk. Itu berlangsung ketika kegiatan belajar mengajar tengah di dalam kelas.
Hal itu membuat sekitar 150 siswa yang bersekolah di SD tersebut keselamatannya terancam. Kepala SDN 1 Pucungkerep Sapari menjelaskan, bangunan sekolah yang digunakan untuk tiga ruang kelas sudah lama rusak. Bahkan, atap sekolah sudah banyak yang terlepas.
Plafon ruang kelas, sering jatuh jika terkena angin. Hal tersebut, disebabkan kondisi udara dan cuaca yang ekstrim dan lembab. Adapun proses rehab gedung baru dilaksanakan terakhir pada 2007 silam.
“Jujur kami khawatir hal itu terjadi lagi. Tapi mudah-mudahan tidak,” jelasnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa di setiap ruangan, kondisi plafon nyaris runtuh. Bila dipandang sekilas, bentuk plafonnya bergelombang dan bahkan berlubang. Selain kondisi itu, ada beberapa ruang kelas yang mengalami kebocoran di bagian atapnya.
Setiap kali saat hujan, siswa harus menyiapkan ember untuk menampung tetesan air hujan. Jika tidak, maka ruangan kelas pun dipenuhi genangan.
“Harapan kami kalau kedepan mau direhab, saya usulkan pakai seng,” jelas dia.