SURABAYA – Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyerahkan 46 kapal dari 200 unit ke Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jawa Timur yang ditargetkan dibangun. Dengan rincian, tahun 2017 sebelumnya dibangun 24 unit, tahun 2018 dibuat 94 unit, tahun 2019 ini targetnya akan dibangun 32 unit, dan tahun 2020 akan dibangun 50 unit lagi.
Harapannya kapal ini dapat menyambung konektivitas angkutan masyarakat di daerah-daerah perairan di Indonesia untuk tol laut maupun kapal perintis. Dari 46 kapal, saat ini yang dibawa di Surabaya ada 12 kapal tipe GT 32.
“Harapan kami semua kapal Pelra ini mendukung program konektivitas masyarakat, dan Pemda (Pemerintah Daerah, red) dapat memanfaatkan kapal ini sebaik-baiknya. Kapasitas kapal ini sebanyak 24 penumpang, barang bisa 10 ton dengan kecepatan 9 knot,” kata Menteri Perhubungan RI Budi Karya Sumadi.
Menurut Budi, dengan memberikan bantuan kapal Pelra ini, ia menginginkan budaya kearifan lokal pembuatan kapal pinisi itu tetap dilestarikan oleh masyarakat. Saat ini bahannya masih pakai kayu, tapi ITS mempunyai ide untuk menggantikannya dengan bambu.
“Selain efisiensi bahan, mudah didapatkan dan bambu juga dapat dibudidayakan secara cepat dibandingkan dengan kayu,” ungkapnya.
Sebagai institusi pendidikan yang berfokus pada bidang kemaritiman, ITS memang didaulat Kementerian Perhubungan (Kemenhub) RI untuk mengembangkan Kapal Pelayaran Rakyat (Pelra) yang dihibahkan kepada daerah-daerah perairan di Indonesia. Amanah tersebut diwujudkan melalui penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) di Terminal Gapura Nusantara, Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur.
Naskah MoU tersebut ditandatangani langsung Menteri Perhubungan RI Budi Karya Sumadi dan Rektor ITS Prof Dr Ir Mochamad Ashari MEng. Budi juga menegaskan, ITS adalah salah satu perguruan tinggi yang concern dengan pengembangan riset dalan bidang maritim. Ia mengatakan, MoU ini tidak terbatas hanya pengembangan kapal Pelra, tetapi juga segala inovasi dalam bidang kelautan.
“Kemenhub ingin melakukan upaya peningkatan dunia maritim Indonesia secara keseluruhan bersama ITS,” tandasnya.
Selain itu, Kemenhub juga mengupayakan pengembangan kapal-kapal ini lebih baik lagi. Oleh karena itu, MoU dengan ITS ini dilakukan agar dari sisi desain kapal lebih efisien, berdaya guna, dan memiliki daya tahan lebih baik.
“Kita (Kemenhub, red) juga memiliki dua program unggulan, yakni kesatu tol laut dan kedua kapal perintis. Kita menginginkan bahwa upaya pemerintah memberikan subsidi bagi masyarakat khususnya Indonesia timur ini dapat mendapatkan pelayanan yang baik dan juga memiliki efisiensi yang baik pula, dengan menggandeng ITS sebagai partner kerjasama,” ujarnya.
Ia juga menambahkan, kapal bambu saat ini sudah dibuat oleh ITS. Namun nanti targetnya akan dibuat kapal bambu dengan besaran ukuran GT 32 dengan kapasitas 24 orang. Kemenhub menargetkan tahun ini ITS dapat membuat prototipe dan tahun depan dapat dikerjakan dengan industri yang lebih masif dan masal.
Sementara itu, Rektor ITS Prof Mochamad Ashari mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada Kemenhub yang sudah melibatkan ITS pada program nasional ini, yang sesungguhnya masuk pada program nasional tol laut. Menurutnya, ada beberapa ukuran untuk kapal-kapal tersebut yang dioperasikan pada tol laut.
Pada proyek ini, ITS diamanahi untuk mengembangkan kapal berkapasitas 24 orang. Menurut rektor yang baru dilantik pada 12 April lalu itu, sebenarnya ITS bekerjasama dengan Kemenhub sudah lama untuk mengembangkan desain kapal nasional dan seterusnya.
“Tapi kali ini, ITS diminta untuk mengembangkan kapal Pelra yang nantinya dibuat dengan berbahan bambu seperti yang sudah dikembangkan oleh Dr Heri Supomo selama 10 tahun, dan akan diimplementasikan pada program ini,” jelasnya. (Siedoo)